Sebelumnya, pada sidang dengar pendapat, ia membela penggunaan awal hydroxychloroquine pada pasien virus corona dengan harapan bisa memberikan kesembuhan, seperti dikutip dari
Military Times. Namun, kemudian Wilkie mengatakan bahwa rumah sakit VA yang dikelola pemerintah telah meminimalkan penggunaannya, melihat studi yang menunjukkan kemungkinan bahaya dan perawatan lain yang mungkin dilakukan secara online.
"Saya berharap tren itu akan berlanjut di masa depan," tambahnya.
Presiden Donald Trump telah banyak menggunakan obat ini, bahkan dalam beberapa hari terakhir dia telah menggunakan obat itu untuk mencegah infeksi virus corona seperti pengakuannya, padahal belum ada bukti ilmiah tentang keefektifannya.
"Kita semua belajar saat kita menghadapi krisis ini," kata Wilkie pada subkomite alokasi DPR. "Misi kami adalah untuk melestarikan dan melindungi kehidupan."
Departemen, yang merupakan sistem rumah sakit terbesar di negara ini, baru-baru ini beralih menggunakan pengobatan remdesivir. Remdesivir adalah obat anti-virus yang sebelumnya digunakan melawan Ebola.
Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan AS memberi izin penggunaan darurat remdesivir pada 1 Mei 2020. Badan itu mengutip hasil studi berbeda yang dijalankan oleh National Institutes of Health yang menunjukkan bahwa obat tersebut mengurangi rawat inap tetap hingga 31 persen dibanding pengobatan plasebo.
Menurut situs web VA, sebanyak 13.657 veteran telah terinfeksi dengan virus corona, dan 1.200 telah meninggal.
Organisasi veteran besar telah meminta VA untuk menjelaskan penggunaan hydroxychloroquine setelah analisis data rumah sakit VA diterbitkan bulan menunjukkan ratusan veteran yang mengambil obat melihat tidak ada manfaat untuk Covid-19.
Sekitar 28 persen veteran yang diberi hidroksi klorokuin plus perawatan biasa meninggal, dibandingkan 11 persen dari mereka yang mendapatkan perawatan rutin sendirian.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.