Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bom Waktu Rasisme, Kematian George Floyd Bangkitkan Kemarahan Warga Minneapolis

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Jumat, 29 Mei 2020, 22:59 WIB
Bom Waktu Rasisme, Kematian George Floyd Bangkitkan Kemarahan Warga Minneapolis
Unjuk rasa di pusat kota Minneapolis Amerika Serikat pasca kematian George Floyd/Net
rmol news logo Kota Minneapolis di Minnesota, Amerika Serikat tengah membara. Hal itu dipicu oleh kasus kematian seorang pria kulit hitam bernama George Floyd pekan ini.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Floyd diketahui meninggal dunia di tangan polisi Minneapolis, usai lehernya ditekan dengan lutut polisi yang menangkapnya.

Video kejadian itu pun beredar luas di sosial media dan membuat geram banyak pihak, terutama komunitas Afrika-Amerika di wilayah tersebut.

Warga yang geram dengan kejadian berbau rasisme itu pun turun ke jalan dan meluapkan kemarahan mereka.

Aksi unjuk rasa sendiri telah berlangsung selama tiga hari terakhir. Namun umunya, aksi tersebut berlangsung tanpa insiden kekerasan.

Akan tetapi, tidak demikian dengan aksi unjuk rasa terbaru pada Kamis malam (28/5) waktu setempat. Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan melakukan protes atas tindakan sewenang-wenang yang dialami Floyd. Mereka menuntut keadilan bagi kasus kematian pria keturunan Afrika-Amerika berusia 46 tahun tersebut

Mereka berkumpul di wilayah St. Paul, di mana pertemuan itu disertai dengan penjarahan dan perusakan.

Beberapa pengunjuk rasa juga mencoba menghentikan lalu lintas di jalan raya utama melalui kawasan Twin Cities.

Aksi pun berlanjut hingga larut malam. Massa yang marah bergerak maju ke pusat kota dan terlibat ketegangan dengan petugas kepolisian. Kerusuhan pun tidak dapat terhindarkan.

Pengunjuk rasa berulang kali bentrok dengan polisi ketika beberapa di antara kerumunan itu menyalakan kembang api dan melemparkan proyektil ke barisan petugas kepolisian.

Kondisi semakin tidak kondusif ketika massa mulai membakar sejumlah gedung, termasuk kantor polisi di pusat kota Minneapolis.

Menurut keterangan pihak kepolisian, kebakaran terjadi ketika unjuk rasa berlangsung hingga larut malam, sejumlah pengunjuk rasa memaksa masuk ke kantor polisi Minneapolis Departemen ke-3 dan membakarnya.

Di luar, massa pun tidak hentinya menyuarakan keprihatinan atas kasus yang menimpa Floyd dan menuntut keadilan.

"Katakan namanya!" teriak sejumlah pengunjuk rasa.

"George Floyd!" jawab pengunjuk rasa lainnya.

Bak bom waktu yang meledak, seruan untuk keadilan bagi Floyd pun meluas menjadi serangan terhadap departemen kepolisian yang telah lama dituduh melakukan rasisme terhadap warga kota yang berkulit hitam.

Menurut aktivis kenamaan yang juga pendiri Black Lives Matter Minneapolis, Michael McDowell yang ikut bergabung dalam aksi tersebut, kerusuhan yang berkobar di seluruh kota adalah respons alami terhadap kematian Floyd serta rasisme yang terjadi.

"Ada orang yang bereaksi terhadap sistem kekerasan," kata McDowell.

"Anda dapat mengganti properti, Anda dapat mengganti bisnis, Anda dapat mengganti hal-hal materi, tetapi Anda tidak dapat mengganti kehidupan," sambungnya.

"Pria itu pergi selamanya karena beberapa polisi merasa seperti dia memiliki hak untuk mengambil nyawanya. Banyak orang sudah bosan dengan itu. Mereka tidak akan menerimanya lagi," tambahnya, seperti dimuat Washington Post.

Hal itulah, sambung McDowell, yang membuat Minneapolis terbakar.

Lebih lanjut McDowell mengatakan, tidak ada yang mengendalikan komunitas yang turun ke jalan setelah video detik-detik Floyd beredar. Dia menyamakan aksi unjuk rasa itu dengan pemberontakan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA