Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dukungan Aksi Kematian Floyd, 'Aku Tidak Bisa Bernapas' Menggema Di Trafalgar Square London

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 01 Juni 2020, 08:19 WIB
Dukungan Aksi Kematian Floyd, 'Aku Tidak Bisa Bernapas' Menggema Di Trafalgar Square London
Ratusan demonstran padati Trafalgar Square pada hari Minggu, meneriakkan 'Aku tidak bisa bernapas'/Net
rmol news logo Ribuan orang berkumpul di alun-alon Kota London, Trafalgar Square, pada Minggu (31/5). Mereka memberikan dukungan kepada demonstran di Amerika Serikat yang memprotes kematian George Floyd.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Pada pemrotes bersatu dan menyerukan, "Tidak ada keadilan! Tidak ada kedamaian!" sembari mengangkat papan yang bertuliskan, "Berapa banyak lagi?"

Mereka berkerumun dan melupakan jarak sosial. Bahkan banyak yang tidak menggunakan masker. Barisan polisi hanya berjaga tanpa menghentikan mereka.

Sebelumnya, polisi telah menangkap sebelas orang setelah ribuan aktivis Black Lives Matter yang berbaris di kedutaan besar AS di London berusaha melakukan penyerangan terhadap petugas.

Nyanyian, 'Aku tidak bisa bernapas,' bangkit kembali melintasi Sungai Thames Minggu sore. Kata-kata Floyd terdengar terengah-engah sebelum kematiannya ketika seorang petugas polisi kulit putih berlutut di lehernya di Minneapolis, Minnesota, pada hari Senin, seperti dikutip dari AP, Minggu (31/5).

Mereka menentang larangan pertemuan massa untuk berunjuk rasa di Trafalgar Square sebelum berjalan ke gerbang Downing Street dan kemudian ke selatan sungai menuju Kedutaan Besar AS.

London bukan satu-satunya tempat protes. Di luar Kastil Cardiff di Wales, ribuan pemrotes nampak memegang plakat bertuliskan, "Inggris tidak bersalah". Begitu juga di Manchester, ratusan orang berbondong-bondong menunjukkan solidaritas mereka di St. Peter's Square.

Di antara mereka yang meneriaki petugas polisi yang menjaga gerbang Nomor 10 adalah seseorang yang mengibarkan bendera hitam dan merah Antifa (anti-fasis).

Kemarin, Donald Trump menuduh kelompok sayap kiri militan telah mengobarkan kekerasan anarkis selama kerusuhan di Amerika Serikat.

Kematian pria kulit hitam, George Floyd, telah memicu kemarahan massa. Kematiannya dipandang sebagai simbol kebrutalan polisi sistemik terhadap Afrika-Amerika.

Menteri Luar Negeri Dominic Raab hari ini meminta AS untuk tidak 'memisahkan diri' dan mengatakan bahwa kasus Floyd 'sangat menyusahkan'. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA