“Saya sangat sedih, benar-benar sedih dan sangat marah,†ungkap Jordan yang kini pemilik klub Charlotte Hornets di akun media sosial miliknya.
“Saya melihat dan merasakan sakit, kemarahan, dan frustrasi semua orang. Saya mengecam rasisme dan kekerasan yang sudah tertanam kepada warga kulit berwarna di negeri kita. Cukup sudah," katanya seperti dikutip dari
AP.
Jordan mengatakan sudah saatnya pemerintah melakukan perbaikan undang-undang agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.
“Saya tidak punya jawaban, tetapi suara kolektif kami menunjukkan kekuatan dan ketidakmampuan untuk dibagi oleh orang lain. Kita harus saling mendengarkan, menunjukkan belas kasih dan empati dan tidak pernah berpaling dari kebrutalan yang tidak masuk akal. Kita perlu melanjutkan ekspresi damai terhadap ketidakadilan dan menuntut pertanggungjawaban. Suara kita yang bersatu diperlukan untuk memberi tekanan pada para pemimpin kita untuk mengubah undang-undang kita. Atau kita perlu menggunakan suara kita untuk menciptakan perubahan sistemik," ujar Jordan.
"Kita masing-masing perlu menjadi bagian dari solusi, dan kita harus bekerja bersama untuk memastikan keadilan bagi semua,†lanjutnya.
"Hati saya tertuju pada keluarga George Floyd dan kepada orang-orang yang tak terhitung jumlahnya yang hidupnya telah diambil secara brutal dan tidak masuk akal melalui tindakan rasisme dan ketidakadilan."
Floyd ditangkap atas dugaan menggunaan uang palsu saat berbelanja 20 dolar AS di sebuah swalayan. Ia tak bersenjata saat ditangkap. Floyd diborgol dan dijatuhkan ke lantai, lalu petugas kepolisian Minneapolis menekan lututnya ke leher selama lebih dari 5 menit hingga Floyd kehabisan napas dan meninggal dunia.
Derek Chauvin, sang pelaku, telah didakwa melakukan pembunuhan tingkat tiga dan pembunuhan tingkat dua.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.