Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dikritik Karyawannya Sendiri Soal Postingan Rasis, Jawaban Zuckerberg Semakin Mengecewakan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 03 Juni 2020, 09:51 WIB
Dikritik Karyawannya Sendiri Soal Postingan Rasis, Jawaban Zuckerberg Semakin Mengecewakan
Mark Zuckerberg
rmol news logo Ratusan karyawan Facebook melakukan aksi mogok kerja sejak Senin atas protesnya terhadap kebijakan Mark Zuckerberg yang membiarkan postingan bernada rasialis yang diunggah Donald Trump. Mereka pun beramai-ramai menyuarakan kritikannya kepada pimpinan mereka itu lewat media sosial saingan, Twitter.

Facebook dinilai tidak adil atas kerusuhan yang terjadi di Amerika serikat.

Namun, apa kata Mark Zuckerberg?

CEO Facebook itu malah dengan tenang mengatakan tetap pada keputusannya untuk tidak menentang unggahan Trump!

Menurut juru bicara perusahaan, Zuckerberg telah menjelaskan kepada karyawan dalam sebuah obrolan video bahwa Facebook telah melakukan tinjauan menyeluruh, dan benar untuk membiarkan unggahan tersebut.

Zuckerberg juga mengakui keputusan itu telah mengecewakan banyak karyawan dan mengatakan bahwa Facebook sedang mencari opsi "non-biner" untuk membiarkan atau menghapus unggahan seperti itu, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (3/6).

Salah seorang karyawan Facebook, yang mengunggah cuitan kritik pada Senin, kembali mengunggah cuitan di Twitter selama pertemuan tersebut untuk mengungkapkan kekecewaan.

"Sangat jelas hari ini bahwa pimpinan menolak untuk mendukung kami," tulis Brandon Dail di Twitter.

Twitter sendiri telah menempelkan label peringatan untuk cuitan Trump. Twitter mengatakan bahwa unggahan tersebut melanggar aturannya yang dinilai melazimkan kekerasan. Langkah Twitter itu membatasi distribusi dan interaksi cuitan Trump.

Langkah yang berbeda justru ditempuh oleh Zuckerberg. Zuckerberg mengatakan meski pernyataan Trump "sangat ofensif," itu tidak melanggar kebijakan perusahaan tentang hasutan untuk melakukan kekerasan.

Twitter pekan lalu juga memberi label cek fakta untuk cuitan Trump yang berisi klaim menyesatkan tentang surat suara.

Facebook, yang mengecualikan unggahan politisi dari program cek faktanya yang bekerjasama dengan pihak ketiga, tidak melakukan tindakan apa pun pada unggahan itu.

Jelas hal ini membuat karyawan Facebook merasa sangat kecewa. Sebagian memutuskan pindah bekerja pada Twitter.

Para pembela hak-hak sipil yang menghadiri video call selama satu jam pada Senin malam dengan Zuckerberg dan eksekutif Facebook lainnya menyebut pembelaan CEO atas pendekatan lepas tangan pada unggahan Trump tersebut "tidak bisa dipahami."

"Dia tidak menunjukkan pemahaman tentang penindasan terhadap hak memilih dan dia menolak mengakui bahwa Facebook memfasilitasi seruan Trump untuk kekerasan terhadap demonstran," bunyi pernyataan bersama dari para pemimpin pembela hak sipil.

Sejumlah kritik diunggah di Twitter untuk meminta agar dewan pengawas independen Facebook untuk mempertimbangkan kembali.

Namun, dewan tidak akan meninjau kasus apapun hingga awal musim gugur, dan pengguna sebenarnya hanya akan dapat mengajukan banding ke dewan saat konten dihapus, bukan konten yang telah diputuskan untuk dibiarkan tetap ada oleh Facebook.

Diketahui, Zuckerberg, menurut situs berita Axios, melakukan pembicaraan dengan Trump pada Jumat 29 Mei lalu, tak lama setelah postingan Trump. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA