Ketika itu, Trump dan Melania melakukan tur Kuil Nasional Santo Yohanes Paulus II di Washington DC, Rabu (3/6). Mereka berhenti sebentar untuk kesempatan berfoto. Ketika kamera mulai berkedip, Trump menyeringai memperlihatkan bibirnya membentuk senyuman ke arah Melania, sambil berkata, "Bisakah kamu tersenyum?"
Namun, reaksi yang diberikan Melania hanya sebuah garis bibir membentuk senyum paling singkat dan terpaksa selama sedetik saja lalu memberikan ekspresi datar. Reaksi ini terekam dan viral di media sosial.
Dalam sebuah tweet, reporter CNN Tancredi Palmeri menyebut momen itu sebagai sesuai yang cukup 'mengerikan' dengan sebaris kalimat: "Pemberontakan diam-diam Melania", seperti dikutip dari
Nzherald.Kunjungan ke kuil itu mendapat kritikan setelah uskup Katolik kulit hitam paling senior Amerika Serikat itu mengecam perjalanan itu dalam sebuah pernyataan yang sangat keras.
"Saya merasa bingung dan tercela bahwa fasilitas Katolik mana pun akan membiarkan dirinya disalahgunakan dan dimanipulasi dengan cara yang melanggar prinsip-prinsip agama kita, yang memanggil kita untuk membela hak-hak semua orang, bahkan mereka yang tidak sependapat dengan kita," ujar Uskup Agung Washington, Wilton D Gregory.
"Santo Paus Yohanes Paulus II adalah pembela yang gigih terhadap hak dan martabat manusia. Warisannya menjadi saksi nyata akan kebenaran itu. Dia tentu tidak akan memaafkan penggunaan gas air mata dan penghalang lainnya untuk membungkam, menyebarkan atau mengintimidasi mereka untuk kesempatan berfoto di depan tempat ibadah dan kedamaian," sambungnya.
Kuil Nasional Saint John Paul II adalah kuil nasional di Washington, DC, yang disponsori oleh Knights of Columbus. Ini adalah tempat doa bagi umat Katolik yang juga untuk menyambut orang-orang dari semua agama.
Sementara, Pendeta Gina Gerbasi juga membagikan kisah dramatisnya tentang bagaimana kejadian itu terlihat dari dalam gerejanya. Dia mengatakan bahwa dia benar-benar dibutakan oleh penampilan Trump sebelum diusir dari gerejanya sendiri dengan paksa.
Gerbasi mengatakan dia dan yang lainnya berdiri di teras gereja ketika tiba-tiba aparat menembakkan gas air mata untuk mengusir mereka dari sana.
"Dia mengubah tempat ini menjadi medan pertempuran literal. Ini bukan lingkungan yang cukup aman di mana saya bisa tinggal."
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.