Dari total stimulus tersebut, 45 miliar ringgit ditujukan untuk menyuntik perekonomian dengan memberikan pinjaman dalam negeri.
Namun, stimulus tersebut tampaknya akan melipatgandakan defisit fiskal Malaysia untuk tahun ini. Menteri Keuangan Tengku Zafrul Aziz mengatakan, defisit fiskal Malaysia akan naik sekitar 6 persen dari pendapatan ekonomi tahun ini karena stimulus. Tahun lalu, defisit fiskal Malaysia adalah 3,2 persen.
Dilaporkan
CNA, pemerintah juga telah memberikan suntikan fiskal sebesar 10 miliar ringgit pada Jumat (5/6) melalui kenaikan pinajaman domestik.
"Hanya ada begitu banyak kebijakan moneter yang dapat dilakukan. Jadi Anda perlu kebijakan fiskal untuk ikut bermain," ujar Tengku Zafrul.
Tengku Zafrul yang merupakan mantan kepala eksekutif pemberi pinjaman CIMB Group Holdings Bhd mengatakan tujuannya adalah untuk mempersempit defisit fiskal kembali menjadi kurang dari 4 persen dari produk domestik bruto (PDB) selama tiga tahun atau lebih.
"Seberapa buruk selama (krisis keuangan global)? Itu 6,7 persen. Jadi kita punya ruang jika kita ingin meminjam," ujarnya, mengacu pada puncak defisit tahunan Malaysia pada 2009.
Ia mengatakan hutang publik Malaysia sekarang berada pada 52 persen dari PDB. Namun jika diperlukan, hutang bisa meningkat di atas 55 persen untuk membantu masyarakat dan ekonomi yang terdampak Covid-19.
Sementara itu, ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia pada bulan lalu memperkirakan akan mengalami defisit anggaran hingga 6,27 persen karena stimulus Covid-19.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: