Uskup bernama Mark Seitz dan 12 pastor dari Keuskupan El Paso mengheningkan cipta selama 8 menit dan 46 detik di El Paso, Texas. Mereka berdoa dalam diam untuk George Floyd.
Ternyata, aksinya itu dilihat Paus Fransiskus yang terkesan atas sikap Seitz dan kawan-kawan. Paus pun menghubungi Seitz lewat telepon untuk menyampaikan kekaguman dan terima kasihnya.
"Sejujurnya, apa yang saya lakukan dan apa yang saya katakan hanyalah cara yang sangat kecil untuk mengambil bagian dalam apa yang dilakukan banyak orang dalam protes damai mereka," kata Seitz, seperti dikutip dari
CNN, Minggu (7/6).
Seitz mengaku sebenarnya ia merasa gugup ketika membuat gerakan berlutut.
"Sulit untuk mengetahui apa yang harus dilakukan seorang uskup," katanya. "Tapi saya punya beberapa penasihat hebat, rakyat dan pendeta. Saya mencoba mendengarkan mereka, mendengarkan hatiku," ujarnya dalam sebuah wawancara dengan Catholic News Service.
"Terkadang, Anda hanya perlu melakukan lompatan ke sesuatu yang tidak terduga," ujar Seitz.
Seitz baru saja selesai merayakan Misa ketika panggilan telepon dari Paus datang. Paus meneleponnya secara langsung dan itu membuatnya semakin gugup.
"Kejadian Floyd, seharusnya tidak pernah terjadi lagi. Di mana pun ada kurangnya rasa hormat terhadap manusia, di mana ada penilaian berdasarkan warna kulit mereka, ini harus dihentikan," ujar Seitz.
"Apakah itu dalam penegakan hukum, dalam bisnis, dalam pemerintahan, dalam setiap aspek masyarakat kita, ini harus berubah. Dan sekarang kita tahu dengan sangat jelas bahwa Bapa Suci menyampaikan ini dalam doanya."
Paus Fransiskus menyebut kematian George Floyd "tragis" dan mengatakan dia berdoa untuknya dan semua orang lain yang telah kehilangan nyawa mereka sebagai akibat dari dosa rasisme.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: