Tulisan itu adalah kiriman Senator AS Tom Cotton, seorang Republikan dari Arkansas. Cotton menulis bahwa ‘unjuk kekuatan luar biasa’ akan memulihkan ketertiban setelah aksi protes menyebar ke seluruh negeri, seperti dikutip dari
AP, Minggu (7/6).
Aksi protes yang berujung kerusuhan massal itu dipicu atas kematian George Floyd, pria kulit hitam yang menjadi korban kekerasan aparat kepolisian.
"Sudah lewat masa untuk mendukung penegakan hukum setempat dengan otoritas federal," tulis Cotton dalam tajuk itu.
Presiden AS Donald Trump telah mengkritik keras koran tersebut dalam sebuah Tweet setelah pengumuman pengunduran diri sang editor.
“The New York Times adalah Berita Palsu!" tulis Trump.
James Bennet, sang editor, belum memberikan pernyataan apa pun terkait hal ini, begitu juga dengan Cotton. Namun, dikabarkan Bennet belum membaca lebih dulu artikel itu sebelum ditayangkan.
Surat kabar itu mengatakan karya Cotton seharusnya tidak diterbitkan, setidaknya tidak tanpa revisi substansial.
Pernyataan Cotton dalam artikel itu yang berisi, 'bahwa polisi telah menanggung beban kekerasan yang berasal dari demonstrasi' seharusnya ditentang, kata surat kabar itu.
New York Times menyatakan, James Bennet akan digantikan oleh Katie Kingsbury. Bennet telah menjadi Editorial Page Editor sejak 2016. Dia telah membantu memperluas jangkauan suara yang diterbitkan New York Times dan mengeksplorasi format baru.
Sementara Jim Dao, deputi di bagian opini surat kabar yang mengawasi para editor opini, akan dipindahkan ke bagian lain di ruang berita.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
Seorang editor New York Times, yang bertanggungjawab pada halaman editorial, mengundurkan diri pada hari Minggu setelah mendapat kecaman atas pemuatan tajuk rencana berjudul "Kirim Pasukan" yang ditayangkan pada 3 Juni. 
