Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mural 'Black Lives Matter' Sebatas Ego Perlawanan Terhadap Donald Trump, Tidak Menjadi Bagian Protes Anti-Rasisme AS

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Rabu, 10 Juni 2020, 09:27 WIB
Mural 'Black Lives Matter' Sebatas Ego Perlawanan Terhadap Donald Trump, Tidak Menjadi Bagian Protes Anti-Rasisme AS
Mural "Black Lives Matter" di Sixteenth Street/net
rmol news logo Pekan lalu, warga Amerika Serikat (AS), khususnya Washington DC dikejutkan dengan sebuah mural bertuliskan "Black Lives Matter" di Sixteenth Street, yang berada langsung di depan Lafayette Square.

Mural tersebut berwarna kuning cerah. Mirip dengan warna yang biasa digunakan untuk marka jalan. Tulisan "Black Lives Matter" membentang lebih dari dua blok.

Bukan hanya mural tersebut yang menjadi sorotan. Nama daerahnya juga berubah menjadi "Black Lives Matter Plaza". Sudah dipatenkan dengan tanda jalan berlogam hitam dengan tulisan bercat putih.

Itu semua berkat Walikota Washington DC, Muriel Bowser.

Menurut banyak pihak, langkah Bowser untuk membuat mural dan mengganti nama daerah tersebut merupakan simbol anti-Trump secara terang-terangan.

Pasalnya, mural tersebut muncul usai Bowser dan Presiden Donald Trump terlibat cekcok terkait protes.

Bowser meminta Trump untuk menarik pasukan National Guard di jalan-jalan DC. Sementara Trump, menggunakan gas air mata "membersihkan para demonstran" agar bisa berjalan dari Lafayette Square untuk berfoto di Gereja St. John.

“Ada perselisihan minggu ini tentang jalan siapa ini. Walikota Bowser ingin membuatnya sangat jelas bahwa ini adalah jalan DC," ungkap kepala staf walikota, John Falcicchio seperti dilansir New Yorker.

Lebih jauh, mural sendiri dibuat oleh Bowser untuk meyakinkan para demonstran bahwa pemerintah kota (pemkot) memberikan ruang yang aman bagi mereka untuk melakukan demonstrasi.

Ide mural muncul pada Rabu malam (3/6) dan langsung dikerjakan pada Jumat pagi (5/6) oleh delapan seniman lokal dan sukarelawan.

Meski begitu, mural tersebut nyatanya masih mendapat banyak kritikan. Salah satunya dari seorang aktivis dan mantan calon anggota parlemen dari Maryland, Mckayla Wilkes.

"Saya melihatnya sebagai kontes kencing antara dia (Bowser) dan Donald Trump,” kata Wilkes.

“Tidak cukup memiliki lukisan cantik di tengah jalan; kita butuh politik," tambahnya menyindir. Ia juga menyoroti bahwa Bowser tengah mempertimbangkan ide untuk membangun penjara baru di DC. Padahal, tuntutan dari protes anti-rasisme sendiri adalah dengan menghentikan kebrutalan polisi, reformasi total instusi kepolisian.

Wilkes menjelaskan, jika tanpa tindakan nyata, mural hanya sebatas hiasan. Maknanya tidak lain hanya untuk tempat berfoto. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA