Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jika Mahasiswa China Hengkang, Ekonomi Australia Bakal Terpuruk

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 10 Juni 2020, 15:20 WIB
Jika Mahasiswa China Hengkang, Ekonomi Australia Bakal Terpuruk
Ilsutrasi, mahasiswa china di sekolah bisnis di Sidney/Net
rmol news logo Resesi ekonomi yang dialami Australia akibat pandemik virus corona dipercaya akan lebih memburuk lagi jika mahasiswa China hengkang dari Australia. Hal itu dikatakan menteri perdagangan Australia pada Rabu (10/6).
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Sehari sebelumnya, Kementerian Pendidikan Tiongkok memperingatkan para mahasiswa untuk mempertimbangkan rencana mereka untuk kembali ke Australia menyusul serangkaian insiden rasis yang menargetkan orang-orang Asia selama pandemik virus corona.

Selain mahasiswa, pada pekan lalu China juga melarang warganya untuk pergi ke Australia akibat maraknya diskriminasi.

Sektor pendidikan internasional menjadi penghasil devisa terbesar keempat Australia, dengan nilai mencapai 38 miliar Dollar Australia atau setara dengan 26 miliar dollar AS per tahun.

Departemen Pendidikan Australia mengatakan Cina adalah mitra dagang Australia yang paling penting  bagi mereka. Dari 442.209 siswa luar negeri yang menempuh pendidikan tinggi di Australia pada tahun 2019, 37,3 persen adalah pelajar yang berasal dari China.

"Universitas kita akan merasakan efeknya jika terjadi penurunan jumlah siswa internasional," kata menteri perdagangan, Simon Birmingham seperti dikutip dari Reuters, Rabu (10/6).

Hubungan Australia dan  China telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir di tengah tuduhan bahwa China ikut campur dalam urusan Australia dan mencari pengaruh yang tidak semestinya di kawasan Pasifik.

Keadaan bertambah buruk saat Australia menjadi salah satu negara yang menyerukan penyelidikan internasional tentang asal-usul virus corona.

Setelah  kejadian itu Cheng Jingye, dutabesar China untuk Australia mengatakan konsumen Cina bisa memboikot daging sapi, anggur, pariwisata dan universitas di Australia.

Vicki Thomson, kepala eksekutif Group of Eight, yang mewakili universitas-universitas top Australia, mengatakan kepada media bahwa universitas sedang terseret ke dalam sengketa diplomatik.

“Pendidikan internasional digunakan sebagai pion politik,” katanya.

Thomson mengatakan kedutaan besar China telah memberitahunya pada hari Selasa (9/6) bahwa pihaknya belum menerima laporan tentang siswa yang diserang selama pandemik.

"Kami memiliki catatan keselamatan yang kuat di seluruh Australia," katanya.

Dalam sebuah survey, Australia menempati peringkat kedua setelah Selandia Baru sebagai tempat yang menarik untuk belajar karena penanganannya terhadap virus corona. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA