Morrison mengatakan, pihaknya tidak akan mengorbankan nilai-nilai bangsa, meski mendapatkan tekanan yang berat sekalipun.
“Kami adalah negara perdagangan terbuka, sobat, tetapi saya tidak akan pernah memperdagangkan nilai-nilai kami sebagai tanggapan atas paksaan dari mana pun asalnya,†kata Morrison kepada stasiun radio
2GB, Kamis (11/6).
Kemunduran hubungan China dan Australia, termasuk sebagai mitra dagang terkuat, terjadi secara signifikan setelah Australia meminta diadakannya penyelidikan internasional terkait sumber dan penyebaran virus corona baru.
Permintaan tersebut membuat China tersinggung dan marah. Kegeramannya semakin menjadi ketika Majelis Kesehatan Dunia (WHA) pada bulan lalu mengesahkan dilakukannya evaluasi independen terhadap pandemik.
Ketegangan kemudian diwarnai dengan berbagai tekanan China di sektor ekonomi. China mulai memblokir empat pemasok daging terbesar Australia, kemudian menaikan tarif gandum dari negeri kanguru tersebut.
Terbaru, pada Selasa (9/6), Departemen Pendidikan China mengatakan siswanya harus mempertimbangkan kembali untuk memilih belajar di Australia. Padahal, siswa dari China telah menyumbang sebesar 38 miliar dolar Australia per tahunnya.
Sebelumnya, China juga memberikan travel warning bagi warganya yang akan pergi ke Australia.
Dalam kedua kasus tersebut, pejabat China mengatakan peringatan tersebut disebabkan oleh serangan rasisme terhadap orang-orang Asia selama pandemik di Australia.
"Itu sampah. Ini pernyataan konyol dan ditolak. Itu bukan pernyataan yang dibuat oleh pimpinan China," tegas Morrison menanggapi pernyataan tersebut dalam wawancara terpisah pada 3AW.
China merupakan mitra dagang terbesar Australia, dengan nilai perdagangan dua arah sebesar 235 miliar dolar Australia per tahun.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: