“Saya seharusnya tidak berada di sana. Kehadiran saya di saat itu dan di lingkungan itu menciptakan persepsi bahwa militer terlibat dalam politik domestik," kata Jenderal Mark Milley, dalam pidato pembukaan video yang telah direkam sebelumnya ke Universitas Pertahanan Nasional.
Milley mengatakan kehadirannya saat itu merupakan sebuah kesalahan yang menjadi pelajaran baginya.
"Sebagai petugas berseragam yang ditugaskan, itu adalah kesalahan yang saya pelajari," kata Milley, seperti dikutip dari
The Washington Post, Kamis (11/6).
Milley juga mengatakan dirinya seperti kebanyakan orang Amerika ikut marah setelah insiden kematian George Floyd.
"Aku marah dengan pembunuhan George Floyd yang tidak masuk akal dan brutal. Kematiannya memperparah rasa sakit, frustrasi, dan ketakutan hari demi hari," lanjut Milley.
"Protes yang terjadi tidak hanya berbicara tentang pembunuhannya, tetapi juga ketidakadilan terhadap orang Afrika-Amerika selama berabad-abad," tambahnya,
“Sebagai pemimpin senior, semua yang Anda lakukan akan diawasi dengan ketat. Dan saya tidak kebal. Seperti yang Anda lihat, hasil foto saya di Lafayette Square minggu lalu. Itu memicu debat nasional tentang peran militer dalam masyarakat sipil,†katanya.
Milley yang mengenakan seragam tempur lengkap bersama Menteri Pertahanan Mark Esper menjadi sasaran kecaman luas dari para pemimpin dan mantan pemimpin AS atas partisipasi mereka saat menemani Trump Senin lalu.
Milley juga mendadak menjadi sorotan publik setelah dirinya terlibat debat sengit dengan Presiden Donald Trump, ketika ia menolak permintaan Trump untuk menurunkan tentara ke kota-kota besar A.S.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: