Dukungan kecil seperti mengirimkan mawar biru ke lembaga penegak hukum setempat atau mengantar kopi ke kantor polisi, atau dukungan lain yang bisa dilakukan siapa pun, yang akan membuat aparat terhibur di tengah krisis kepercayaan terhadap mereka.
Krutz berusaha menghubungi beberapa petugas yang dia kenal di negara bagian lain untuk bertanya apa saja yang bisa ia lakukan untuk bisa mendukung moril para aparat dan agar warga lain bisa ikut berpartisipasi.
"Orang-orang ini hanya perlu mendengar bahwa Amerika masih mendukung mereka," ungkap Krutz.
Krutz pun berencana membuat reli "Back the Blue" pada Sabtu besok (13/6) di Tampa, sebuah kota di negara bagian Florida. Acara ini dijadwalkan akan dimulai pukul 11 ​​pagi di markas besar Distrik 1 Departemen Kepolisian Tampa.
Rencananya, orang-orang yang akan memberikan dukungan kepada polisi berkumpul di kantor distrik kemudian melakukan pawai pendek dan kembali di sepanjang Tampa Bay Boulevard.
Krutz pun menulis pada postingan media sosialnya mengenai rencana itu.
"Agar semua anggota polisi dan keluarganya, mendengar dan melihat bahwa mereka sangat dihargai. Kami akan bersama dengan mereka yang selama ini mencintai dan melayani warganya," tulis Krutz.
Krutz menekankan, bahwa apa yang ia dan teman-temannya lakukan adalah untuk meningkatkan moral di kalangan petugas penegak hukum yang mungkin merasa putus asa dengan kekerasan yang dipicu oleh kematian George Floyd.
"Ada pawai damai tentang George Floyd, tetapi kerusuhan adalah tragedi kriminal," kata Krutz. "Para pengunjuk rasa telah menyerang aparat yang tidak ada hubungannya dengan kejadian itu, tidak ada hubungannya dengan kematian seseorang, atau kebrutalan polisi. Kami ingin memberikan pemahaman bahwa masih banyak polisi yang tidak bersalah, yang berusaha menjaga warganya dan memberikan perlindungan."
Menurut Krutz, kekerasan yang dilakukan beberapa aparat polisi kepada Floyd atau kepada yang lainnya, bukan berarti bahwa semua polisi melakukan hal yang sama.
Presiden Asosiasi Kepedulian Polisi Tampa, Darla Portman, mengatakan ia belum pernah mendengar tentang demonstrasi 'Back The Blue' ini, sampai seorang wartawan dari Tampa Bay Times menanyakannya, dan dia langsung menyambut baik acara itu.
Portman mengungkapkan bahwa kerusuhan yang memecahkan Amerika akibat protes rasial, telah menjatuhkan moril polisi hingga mereka merasa sangat terpukul.
"Mungkin itu yang terendah yang pernah kulihat dan aku sudah di sini 18 tahun," Portman, seperti dikutip dari
Tampabay.
Saat mengamankan aksi protes, polisi dan semua aparat petugas pengaman warga telah bekerja keras. Mereka kelelahan karena shift yang panjang, kepanasan, dan terluka oleh serangan verbal dan fisik, kata Portman.
Mereka juga memahami kemarahan warga, tetapi menurut Portman kemarahan itu telah salah arah.
"Mereka (para polisi) bersedia untuk melakukan yang terbaik, tetapi mereka merasa disalahkan atas kebijakan dan peraturan-peraturan yang membuat petugas polisi pergi ke sana lebih seperti robocop daripada petugas polisi yang sebenarnya," ungkap Portman.
Petugas polisi telah diperintahkan untuk "lebih banyak mundur" tanpa perlawanan, dan hanya jika sangat terdesak barulah beraksi.
Sangat disayangkan, ketika sebuah insiden terjadi karena ulah seorang aparat, warga melampiaskan amarahnya kepada semua aparat. Ketika terjadi kerusakan, polisi juga yang disalahkan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.