Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Saat Dunia Hadapi Covid-19, Novel Berjudul Lockdown: Asa, Cinta dan Zahira Meluncur Dari Kairo

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/angga-ulung-tranggana-1'>ANGGA ULUNG TRANGGANA</a>
LAPORAN: ANGGA ULUNG TRANGGANA
  • Sabtu, 13 Juni 2020, 19:34 WIB
Saat Dunia Hadapi Covid-19, Novel Berjudul Lockdown: Asa, Cinta dan Zahira Meluncur Dari Kairo
Ahmad Mina (kiri) dan Wakil Dubes RI di Mesir, M. Aji Surya, penulis novel berjudul Lockdown: Asa, Cinta dan Zahira/Ist
rmol news logo Namanya M. Aji Surya. Dikenal sebagai diplomat Indonesia yang istimewa. Penulis yang produktif. Di masa pandemi Covid-19 yang melanda dunia ia masih bisa meramu dua hobinya: diplomasi dan menulis.

Lahirlah novel Lockdown: Asa, Cinta dan Zahira yang dikerjakan M. Aji Surya bersama staf KBRI Kairo, Ahmad Mina. Novel itu diluncurkan hari Sabtu ini (13/6) di ibukota Mesir, Kairo.

LACZ dikerjakan selama dua bulan. Bercerita mengenai ketegaran manusia menghadapi cobaan dan penderitaan hidup. Sebagai makhluk terbaik ciptaan Tuhan, manusia memiliki kemampuan untuk mengelak, menyiasati, dan memenangkan pertarungan melawan keadaan melalui daya inovasi, kreasi, dan fleksibilitasnya.

Novel itu menggambarkan kehidupan di Bahir, sebuah negeri imajinatif di jazirah Arab, di tengah pageblug Covid-19. Sama seperti di Indonesia, semua serba tidak mudah. Namun, karena pemimpinnya memiliki sebuah leadership yang kuat dan intelektualitas memadai, selalu ada jalan keluar dari kemelut yang menyelimuti negeri.

Situasi yang kurang lebih sama sudah barang tentu dialami Bondowoso, sebuah perusahaan konsultan keuangan Indonesia yang bermarkas di ibukota Bahir, Zahira. Pemimpin perusahaan itu, Bagas, harus pandai-pandai mengurus usaha, mengatur hubungan antarpegawai hingga urusan cinta yang terjadi di kantor sebagai residu mengamuknya virus Corona.

“Wajar saja kita ini panik, namun tidak boleh kehabisan asa. Mari saling menjaga agar asa tetap mengalir dalam darah kita setiap waktu,” ujar Aji Surya dalam acara peluncuran secara daring.

Aji menegaskan bahwa hasil dari penjualan novel ini akan disumbangkan kepada korban keganasan wabah Covid-19.

“Tawakkal harus diletakkan di posisi terakhir, setelah segala daya dan ikhtiyar dimaksimalkan,” kata Mina menambahkan.

Novelis Indonesia papan atas, Ahmad Fuadi, yang menjadi komentator dalam peluncuran mengatakan, novel merupakan karya yang mencerminkan realitas kehidupan yang dipadu dengan imaginasi penulis yang tersusun dalam bingkai yang rapi.

Kedua penulis, tambah Fuadi, berhasil mencuri start penulis-penulis lain dalam menggambarkan peperangan bharata yudha antara manusia melawan virus Corona.

Dengan latar belakang negara Arab, pembaca juga bisa memahami bahwa semua bangsa saat ini sedang berjuang sehingga kerja sama menjadi kunci kemenangan.

“Saya bisa merasakan semangat kedua penulis untuk mencoba “menghidupkan” suasana batin ke dalam sebuah novel yang gurih dan mencerahkan. Inilah karya yang dibutuhkan banyak orang,” ujarnya.

Sisi lain yang menjadi perhatian Ahmad Fuadi sebagai pembedah novel ini, adalah kejelian penulis untuk menerbitkan karyanya dalam bentuk e-book.

Selain hal ini akan menjadi tren global, rupanya royalty yang akan dihasilkan juga jauh lebih besar ketimbang penerbitan sejenis dalam bentuk cetak.

“Penerbitan ini sangat efisien dan memangkas banyak ongkos produksi seperti kertas, distribusi, dan lainnya. Semoga hasilnya banyak karena telah diniatkan untuk membantu korban Corona,” imbuhnya.

Ahmad Fuadi juga berpendapat bahwa semua proses yang dilakukan kedua penulis secara daring, dari mulai penerbitan buku hingga launching, merupakan suatu lompatan baru yang dapat menjadi salah satu solusi atas problem yang dihadapi banyak penulis dalam situasi pandemik.

Sementara panelis lain, pakar sastra dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof. Ali Imron Al-Ma’ruf, sebagai komentator novel menyatakan bahwa latar cerita (setting) yang ditulis dalam novel tersebut mencerminkan kekalutan yang ada di sebagian masyarakat Arab dibumbui kisah cinta yang memukau.

Maklumlah, sang profesor sendiri sempat tinggal kisaran 6 bulan di Mesir hingga akhirnya harus pulang ke Indonesia di tengah merebaknya virus Corona.

“Ibarat nasi liwet, novel ini bisa dibilang masih sangat hangat, bahkan panas dan sangat mungkin menjadi karya pertama yang mengangkat kisah seputar virus Corona. Keadaan di sana benar-benar sangat sulit dan kompleks, tidak kalah serunya dengan perang Arab-Israel. Karenanya, novel ini bisa dikatakan kontekstual dan menarik bagi kalangan yang ingin tahu kondisi masyarakat di negeri gurun,” katanya dengan serius.

“Novel ini termasuk ke dalam jenis novel literer. Karya sastra yang memuat pesan moral dan semangat penulis. Kebalikannya dari jenis populer yang semata-mata hanya untuk menghibur pembaca,” ungkap Prof Ali ketika ditanya oleh salah satu pemirsa launching mengenai genre novel LACZ.

Prof Ali juga memberi catatan pentingnya menambah aspek ironi dalam cerita. Dan akan jauh lebih bagus apabila diperbanyak aspek majas dan peribahasa.

“Saya menunggu karya selanjutnya yang lebih berani dalam berimajinasi dan mengeksplor suasana,” imbuh Prof Ali.

Pada saat launching, uniknya kedua penulis berada di Kairo, pembahas di Jakarta, sementara komentator di Solo, serta diikuti oleh banyak kalangan dari berbagai penjuru dunia.

Kepada redaksi beberapa saat lalu, M. Aji Surya, mengatakan LACZ sudah bisa diunduh melalui Google Play.

"Selamat membaca," pesannya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA