Para pengunjuk rasa mengawali aksi dengan sholat Jumat dan memulai pawai mengutuk keputusan Israel menghancurkan Pemakaman Islam Al-Isaaf yang terletak di utara kota Jaffa.
Dewan kota lalu memanggil polisi untuk menjaga aksi. Akibatnya, bentrokan dengan para pengunjuk rasa tak terhindarkan setelah polisi Israel menembakkan gas air mata dan menggunakan bom suara untuk melawan mereka.
The Jaffa List mundur dari koalisi dengan pemerintah kota Tel Aviv/Jaffa sebagai aksi protes.
Buldoser Israel memulai pembongkaran pemakaman pada hari Senin (8/6), dalam persiapan untuk membangun proyek perumahan baru. Pemakaman Al-Isaaf mencakup ratusan kuburan umat Islam yang dibaringkan di sana sebelum pendudukan Israel atas kota itu pada tahun 1948.
Sheikh Ekrima Sabri, imam Masjid Al-Aqsa, yang saat ini dilarang oleh Israel untuk memasuki Al-Aqsa, menyampaikan khotbah Jumat di lokasi pemakaman, seraya mengingatkan bahwa penggalian makam dilarang dalam Islam.
Sabri mengatakan bahwa aksi tersebut dilakukan untuk menjaga martabat mereka yang sudah meninggal dan dikuburkan di tempat itu.
“membela kuburan adalah membela tanah, dan membela orang mati adalah membela hak yang sah,†ungkapnya seperti dikutip dari
Arab News, Senin (13/6).
Anggota Parlemen Israel, Sami Abu Shehadeh mengutip pernyataan yang diposting di Facebook nya yang menyatakan dukungan kepada orang-orang Jaffa. Ia memuji The Jaffa list yang memiliki keberanian untuk mundur dari koalisi dengan pemerintah kota Tel Aviv/Jaffa.
“melindungi situs suci kami di Jaffa bukan hanya hak tetapi juga tanggung jawab. Penghancuran pemakaman melanggar bagian dalam perjanjian koalisi, di mana pemerintah kota berusaha untuk melestarikan apa yang tersisa dari warisan arsitektur dan spiritual kita, dan sebagai penanda budaya serta sejarah kita,â€katanya.
Abed Al-Kader Abu-Shehade, seorang anggota The Jaffa List, mengatakan bahwa perkembangan baru-baru ini atas pembongkaran pemakaman Muslim mencerminkan pelanggaran kotamadya terhadap perjanjian koalisi.
“Mengabaikan permintaan kami yang masuk akal dan upaya kami untuk mencapai penyelesaian,†katanya.
Hanna Issa, sekretaris jenderal Dewan Islam-Kristen untuk Yerusalem dan Tempat-tempat Suci, mengecam keputusan Israel untuk menghancurkan kuburan umat Muslim.
Issa mengatakan bahwa rasisme terhadap orang-orang Palestina di Israel sudah mendarah daging dalam kebijakan dan praktik.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: