Hal itu terungkap dalam sebuah jumpa pers yang diadakan Perdana Menteri Australia, Scott Morrison di Canberra pada hari Jumat (19/6).
"Aktor canggih berbasis negara telah berusaha meretas berbagai organisasi Australia selama berbulan-bulan dan telah meningkatkan upayanya baru-baru ini,†kata Scott Morrison, seperti dikutip dari
ABC, Jumat (19/6).
Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan serangan itu menargetkan seluruh organisasi Australia, termasuk pemerintah dan bisnis.
“Serangan-serangan itu menargetkan semua tingkatan pemerintah, organisasi politik, penyedia layanan penting, dan operator infrastruktur kritis lainnya,†ungkapnya.
Ketika ditanya apakah negara yang bertanggung jawab telah diidentifikasi, dia mengatakan pemerintah Australia tidak akan membuat ‘atribusi publik’ tentang serangan itu.
“Yang saya bisa konfirmasi adalah tidak ada sejumlah besar aktor berbasis negara yang dapat terlibat dalam aktivitas semacam ini,†kata Morrison.
Menurut Dewan Hubungan Luar Negeri, China, Rusia dan Iran adalah tiga negara teratas yang diduga mensponsori operasi siber.
Kepala eksekutif Pusat Penelitian Koperasi Keamanan Cyber (CSCRC), Rachael Falk, mengatakan sementara orang mungkin ingin menunjukkan jari pada negara-negara tertentu.
“Tidak masalah dari mana asalnya. Perdana Menteri jelas, lakukan apa yang perlu anda lakukan untuk melindungi data pribadi dan bisnis Anda yang berharga,†ungkapnya.
“Ancaman datang dari mana saja, setiap hari dalam seminggu,†katanya.
Falk mengatakan, bahkan hal-hal sederhana seperti memastikan kata sandi aman dan pembaruan keamanan pada ponsel dilakukan segera setelah dirilis semua akan membantu mengamankan informasi pribadi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: