Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Keluarga Tentara India Yang Tewas Desak PM Modi Tuntut China Atas Bentrokan Di Perbatasan Ladakh

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 19 Juni 2020, 11:52 WIB
Keluarga Tentara India Yang Tewas Desak PM Modi Tuntut China Atas Bentrokan Di Perbatasan Ladakh
Upacara kremasi seorang serdadu India yang tewas dalam bentrokan dengan militer China berlangsung pada Kamis/Net
rmol news logo Para keluarga mendesak Perdana Menteri Narendra Modi agar melakukan upaya menghukum China atas bentrokan berdarah di lembah Galwan, perbatasan Ladakh, yang menghilangkan nyawa anggota keluarga mereka.

Salah satu yang tidak bisa menerima peristiwa memilukan itu adalah Neha Ojha, istri dari Kundan, salah satu dari 20 tentara yang tewas di lembah Galwan, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (18/6). Ojha sangat terpukul atas kepergian suaminya. Anak mereka baru saja lahir dan mereka sedang menyiapkan namanya dalam senda gurau beberapa malam sebelum peristiwa itu terjadi.

"Saya menanti dia untuk menamani anak kami. Namun, sekarang, saya malah menyiapkan pemakamannya," ujar Ojha.

Meskipun suaminya adalah tentara yang menjaga perbatasan, Ojha mengungkapkan ia tidak pernah merasa khawatir terhadap bentrokan-bentrokan di lembah Galwan. Suaminya pernah menyampaikan bentrokan di sana lebih seperti perkelahian anak sekolah yang tidak perlu dicemaskan. Tidak menyangka bahwa bentrokan itu sangat serius bahkan sampai menewaskan puluhan orang.

"Saya salah menilai dan mempercayai China. Mereka harus dihukum," ujarnya.

Salah seorang ayah dari korban tewas, Kishore Singh, sangat marah atas apa yang menimpa anaknya. Ia menyerukan India harus berani melawan China.

"Perkelahian ini harus dihentikan. China mungkin punya tentara yang lebih kuat, namun India bisa bersatu untuk melawan jika mereka terus menyerang kami," ujar Singh.

Pada Senin (15/6), tentara India dan China terlibat bentrokan serius di  lembah Galwan. Galwan adalah daerah perbatasan yang memisahkan Ladakh (India) dan Xinjiang (China). Itu adalah bentrokan terparah dari yang sudah-sudah, dalam empat dekade terakhir.

Walau pihak tentara India dan China saling menyalahkan, kedua pasukan mengupayakan de-eskalasi untuk meredam perpecahan yang lebih buruk lagi.

Informasi dari kantor berita setempat yang didapat dari tentara yang selamat, dalam bentrokan itu pihak China lebih banyak menggunakan bambu runcing ketika bertarung di lembah Galwan. Sementara tentara India mengandalkan tongkat dan batu.

Berdasarkan perjanjian damai 'Line of Actual Control' (LAC) pada 1996, tercantum bahwa kedua pihak sepakat tidak akan menggunakan kekuatan miiliter dalam konflik perbatasan, seperti dikutip dari ABC.

Maka, sesuai dengan kesepakatan tersebut, menurut analisis para pakar, tentara dari kedua negara setiap kali bertikai tidak menggunakan senjata api. Mereka pun akhirnya lebih banyak menggunakan senjata lain seperti batu, atau kayu yang dipasang paku atau kawat berduri.

Di utara Kota Kanpur, warga mengadakan pemakaman tiruan Xi dan membakar potretnya, meneriakkan slogan-slogan anti-China.

Hal yang sama terjadi di Cuttack di India timur, warga membakar patung Xi dan bendera Tiongkok, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (18/6)

Kelompok-kelompok nasionalis garis keras yang memiliki hubungan dengan Partai Bharatiya Janata, telah menyerukan untuk memboikot barang-barang Tiongkok dan pembatalan kontrak dengan perusahaan-perusahaan China. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA