"Aktor canggih berbasis negara telah berusaha meretas berbagai organisasi Australia selama berbulan-bulan dan telah meningkatkan upayanya baru-baru ini," ujar Morrison dalam konferensi pers pada Jumat (19/6).
Setelah itu, masih pada hari yang sama, tiga sumber mengatakan kepada
Reuters bahwa Australia percaya dalang utama serangan siber tersebut adalah China.
"Ada tingkat kepercayaan yang tinggi bahwa China berada di balik serangan itu," ujar salah seorang sumber yang enggan memberitahukan identitasnya.
Ketika dihubungi, Kedutaan China di Canberra enggan memberikan komentar terkait hal tersebut.
Sementara itu menurut intelijen Australia, ada kesamaan antara serangan yang terjadi baru-baru ini dengan serangan terhadap parlemen dan tiga partai politik terbesar pada Maret 2019.
Kepala intelijen siber Australia pada Jumat mengatakan, sama seperti serangan tahun lalu, tidak ada bukti bahwa pelaku berusaha untuk "mengganggu atau merusak" jaringan host.
Australia sendiri tidak pernah secara terbuka mengidentifikasi sumber serangan itu, dan China pun menyangkal dirinya sebagai dalang.
Serangan siber dan tudingan terhadap China muncul di tengah ketegangan kedua negara.
Akhir-akhir ini, hubungan Australia dan China memanas, khususnya ketika dipicu oleh seruan Australia untuk melakukan penyelidikan internasional atas sumber virus. Hal tersebut membuat China geram hingga keduanya melakukan perang dagang.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: