Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengamat: Bentrokan Mematikan Di Perbatasan Ladakh Perlihatkan Tekanan Yang Dirasakan Xi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 22 Juni 2020, 11:06 WIB
Pengamat: Bentrokan Mematikan Di Perbatasan Ladakh Perlihatkan Tekanan Yang Dirasakan Xi
Warga India serukan boikot produk China dan membakar foto Xi/Net
rmol news logo Bentrokan berdarah antara tentara China dan India di Lembah Galwan, perbatasan Ladakh, masih menjadi sorotan para pengamat. Sejumlah kajian beredar di media-media setempat. Beberapa analis percaya bahwa agresi di perbatasan India adalah respons terhadap tekanan domestik ini dari  pemimpin yang putus asa untuk tidak terlihat lemah pada kedaulatan nasional.

Direktur program studi keamanan di Massachusetts Institute of Technology, Taylor Fravel, mengatakan China tengah menghadapi banyak masalah dan tengah berjuang melawan beberapa krisis.

"Saya merasa umumnya ini merupakan respons terhadap tekanan yang dirasakan Xi," kata Fravel, dikutip The Guardian.

China menghadapi ketidakpercayaan internasional tentang wabah virus yang diduga berasal dari laboratorium yang bocor, ekonominya sebagian terpuruk oleh virus corona, kemudian hubungan dengan Amerika Serikat berada di salah satu titik terendah sejak hubungan diplomatik dibangun kembali pada 1970-an. Lalu ditimpa kemarahan internasional karena undang-undang keamanan Hong Kong. Pemerintah China juga telah melancarkan perang dagang dengan Australia, dan berselisih dengan Kanada mengenai ekstradisi eksekutif senior dari raksasa teknologi Huawei.

“Karena Covid dan kritik yang dihadapi China secara internasional, krisis ekonomi di dalam negeri, dan kemunduran yang terjadi pada hubungan Tiongkok-AS, (Beijing) mengambil sikap keras terhadap sejumlah masalah kedaulatan sebagai cara memberi sinyal bahwa China tidak akan takut," kata Fravel.

Baru-baru ini, sebuah fakta pun mencuat. Gambar citra satelit memperlihatkan adegan demi adegan bentrokan maut di Lembah Galwan, serta aktivitas sebelum bentrokan terjadi.

Di hari-hari jelang bentrokan, tentara China terlihat membawa serangkaian alat-alat, membuat jalan setapak ke lereng gunung Himalaya, dan mungkin termasuk membendung sungai

Pantauan satelit juga menunjukkan adanya aktivitas mengubah lanskap lembah dengan pelebaran jalan dan membuat jalur penyeberangan sungai. Gambar-gambar itu menunjukkan adanya mesin-mesin di sepanjang pegunungan gersang tersebut dan di Sungai Galwan.

Foto-foto satelit didapat dari Planet Labs, yang memiliki spesialisasi dalam menangkap pencitraan planet Bumi.

Jeffrey Lewis pakar Asia Timur di Institut Studi Internasional Middlebury California, menduga China sedang menyiapkan pertahanannya sebelum bentrokan terjadi.

"Melihatnya di Planet (Labs), sepertinya China sedang membangun jalan di lembah dan mungkin membendung sungai," kata Lewis, dikutip dari Reuters.

Sejumlah media India melaporkan, Tentara Pembebasan Rakyat China telah membendung aliran sungai dari gunung, yang kemudian akan mereka buka kembali blokirannya ketika pasukan India mendekat. Aliran air tersebut itulah yang membuat banyak pasukan India terjatuh. Di situ kemudian serdadu China menyerang. Mereka mengacungkan tongkat dengan paku.

Kedua pasukan bertempur satu sama lain selama berjam-jam. Sejumlah pasukan India terjatuh  dari lereng gunung hingga akhirnya tewas. Ketika pertempuran berakhir, setidaknya 20 tentara India menjadi korban, puluhan lainnya terluka dan beberapa ditawan. China juga mengalami kerugian, meskipun belum mengungkapkan angka.

Itu adalag kekerasan terburuk dalam 45 tahun terakhir di perbatasan Ladakh.

Lembah Galwan adalah daerah gersang dan curam, tapi banyak prajurit dikerahkan ke sana. Sebab, wilayah itu dianggap penting lantaran mengarah ke Aksai Chin, dataran tinggi yang disengketakan dan diklaim oleh India tapi dikendalikan China.

Dilihat dari sejarahnya, China dan India bertempur di perbatasan pada tahun 1962, dan bentrok lagi pada tahun 1967. Akan tetapi, kedua belah pihak berupaya ingin menghindari insiden yang bisa mengarah ke perang terbuka.

Andrew Small, senior di German Marshall Fund, mengatakan informasi tentang daerah perbatasan itu terpisah-pisah, dan sebagian besar dari sumber-sumber India dilengkapi dengan gambar satelit.

Akan tetapi, ada gambaran yang jelas tentang kehadiran pasukan China yang terus meningkat.

"Ini tampaknya menjadi dorongan yang jauh lebih terpadu pada bagian China untuk mengubah status quo," kata Small, dikutip dari The Guardian.

"Militer China telah memperkuat posisinya di banyak lokasi, tidak hanya melakukan patroli di seluruh LAC tetapi membangun infrastruktur dan mempertahankan kehadiran yang berkelanjutan."

Small secara tegas mengatakan, sangat mustahil bahwa para komandan di perbatasan merencanakan penyergapan mematikan semacam itu tanpa  persetujuan diam-diam dari tingkat tertinggi. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA