Memaknai Hari Ayah Internasional yang jatuh pada Minggu (21/6) Presiden China Xi Jinping mengenang kembali perjalanan kasih sayang sang ayah.
Sang ayah, Xi Zhongxun (1913 - 2002), adalah seorang revolusioner, pemimpin Partai Komunis China (CPC). Ia kemudian menjadi pejabat politik Tiongkok. Ia dianggap merupakan salah satu generasi pertama kepemimpinan Tiongkok. Terlepas dari tanggung jawabnya yang berat, dia menikmati kesempatan bersama anak-anaknya di rumah.
"Ada banyak karakter terhormat yang saya dapatkan dari ayah saya," kata Xi Jinping. Ayahnya menerapkan disiplin yang ketat serta tradisi berhemat.
Ketika China memulai reformasi dan membuka diri pada tahun 1978, Xi Zhongxun menjabat sebagai ketua Partai di provinsi selatan Guangdong.
Untuk memulai di Guangdong, Xi Zhongxun bekerja sepanjang waktu. Selama satu musim panas, ia mengunjungi 23 desa di panas terik untuk membiasakan diri dengan situasi lokal.
Xi Zhongxun juga tegas dalam mendorong proses pembukaan di provinsi pesisir, unit percobaan reformasi ekonomi Tiongkok dan membuka diri ke dunia luar.
"Kita harus mendedikasikan diri kita untuk menyelesaikan reformasi struktural Guangdong sebagai unit eksperimental," Xi Zhongxun pernah berkata kepada para pejabat. "Kita perlu memutuskan bahwa meskipun kita dapat membuat kesalahan, kita melakukan ini," menurut sebuah buku yang menceritakan hari-hari ketika Xi Zhongxun memerintah Guangdong, dikutip dari
CGTN.
“Bapak memiliki kepercayaan yang teguh terhadap komunisme, percaya Partai kita selalu jaya, tepat dan mulia. Budi pekerti Anda menunjukkan arah bagi saya untuk maju ke depan," ujar Xi Jinping dalam surat yang ia tulis saat ayahnya berulang tahun.
Xi Jinping mengenang ayahnya yang penuh kasih sayang, dan selalu mementingkan pendidikan pada anaknya. Ayahnya juga membiasakan anak-anaknya untuk hemat.
Sang Ibu, pernah mengingat bagaimana Xi dan adik laki-lakinya menggunakan pakaian dan sepatu yang diturunkan dari kakak perempuan mereka, termasuk sepatu kain merah tua mereka.
Menurut sang ibu, pada awalnya, Xi Jinping menemukan ini sebagai hal yang memalukan. Saat Xi Jinping tidak mau memakai sepatu ala gadis karena disindir temannya, ayahnya selalu membujuknya supaya tidak takut sindiran.
Lalu dengan penuh kasih ayahnya memberi tahu bahwa mereka bisa mewarnai sepatu bekas itu dengan warna yang lebih cocok seperti yang mereka ingin.
"Ini mencerminkan tradisi di keluarga Xi untuk menjalani kehidupan yang sederhana. Saya menghargai apa yang diwariskan ayah," ujar Xi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.