Pada Senin (22/6), Trump mengatakan hanya akan bertemu Maduro jika Presiden Venezuela tersebut turun dari kekuasaannya.
"Saya akan bertemu Maduro untuk membahas satu hal, lengser secara damai!" tekan Trump.
Pernyataan tersebut sebagai tampikan bahwa ia telah mundur dari dukungannya terhadap pemimpin oposisi, Juan Guaido.
Menanggapi komentar Trump, Maduro pada hari yang sama mengatakan ia bersedia untuk bertemu dengan Trump jika perlu. Namun pertemuan tersebut akan dilakukan dalam acara kenegaraan, bukan seperti yang diinginkan Trump.
"Saya akan bertemu dengan Presiden Donald Trump persis ketika saya bertemu dengan (mantan Wakil Presiden AS Joe) Biden," ujar Maduro seperti dikutip
Anadolu Agency.
Pertemuan Maduro dan Biden sendiri terjadi pada 201, ketika upacara pelantikan Presiden Brasil, Dilma Rousseff untuk masa jabatan keduanya.
Di sana, Maduro mengatakan, ia dan Biden berbicara panjang lebar dengan cara yang sopan.
Sementara itu, Gedung Putih sendiri menyatakan, AS masih akan terus memberikan dukungan pada Guaido.
"Tidak ada yang berubah. Dia (Trump) terus mengakui Juan Guido sebagai pemimpin Venezuela," ujar jurubicara Kayleigh McEnany.
Hubungan diplomatik AS dan Venezuela menjadi sangat buruk sejak 2019, ketika Guaido menyerukan agar Maduro muncur dari kekuasaannya karena dianggap gagal menangani krisis ekonomi.
Pada saat itu, harga minyak mentah yang menjadi penghasil uang Venezuela terdepresi. Di sisi lain, AS memulai kampanye untuk menjatuhkan kekuasaan Maduro dengan berbagai tekanan ekonomi.
Alhasil, AS mengakui Guaido sebagai presiden sementara Venezuela dan berusaha membantunya mangambil alih kekuasaan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: