"Saya telah memutuskan untuk mengadakan pemilihan umum sekarang," ujar Perdana Menteri Lee Hsien Loong dalam pidatonya pada Selasa (23/6), seperti dikutip
Reuters.
"Kami masih berada di tengah-tengah Covid-19, jadi itu bukan kampanye pemilu yang normal," sambungnya.
Sebelumnya, pemerintah sendiri diminta untuk melaksanakan pemilu pada April 2021. Oposisi juga menentang pemilu digelar pada Juli karena bisa berisiko bagi kesehatan masyarkat dan mengalihkan perhatian pemerintah dari fokus penanganan Covid-19.
Kritik juga disampaikan oleh Anggota Parlemen ASEAN untuk Hak Asasi Manusia yang menganggap gelaran pemilu di tengah pandemik hanya akan menguntungkan partai berkuasa.
Kelompok tersebut mengatakan, langkah-langkah yang diberlakukan pemerintah untuk membatasi kampanye jarak sosial hanya akan merugikan partai kecil.
Sementara Lee sendiri mengatakan saat ini kondisi penularan di Singapura sudah stabil. Ia mengaku, pemerintahannya membutuhkan mandat baru seiring dengan banyaknya tantangan di depan mata.
Sejak kemerdekaan Singapura pada 1965, partai Lee memang telah menyabet kemenangan dan menjadi partai penguasa.
Departemen pemilihan Singapura mengatakan mereka berkomitmen untuk mengadakan pemungutan suara "bebas dan adil". Departemen tersebut menjelaskan, partai politik bisa melakukan kampanye melalui siaran televisi dan siaran virtual.
30 Juni telah ditetapkan sebagai hari pencalonan kandidat.
Sebelum Singapura, Korea Selatan, Serbia, dan beberapa negara bagian AS juga sudah menjalankan pemilu di tengah pandemik Covid-19.
Singapura sendiri selama ini telah dipuji karena penanganan Covid-19 yang baik, meski terjadi lonjakan kasus untuk asrama pekerja migran.
Saat ini, Singapura sudah melaporkan 42.313 kasus Covid-19 dengan 26 kematian dan 35.590 telah pulih.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: