Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan dalam konferensi pers pada Rabu (24/6), kapal-kapal tanker tersebut mengirim sekitar 1,5 juta barel bensin dari Iran dan komponen terkait lainnya.
Melansir
Reuters, mereka dikenakan sanksi karena melakukan bisnis dengan Presiden Nicolas Maduro. Di mana AS selama ini berusaha untuk menggulingkannya dan mendukung oposisi, Juan Guaido. '
"Sebagai hasil dari sanksi hari ini, aset kapten ini akan diblokir. Karier dan masa depan mereka akan menderita karena sanksi ini," ujar Pompeo.
"Kami akan terus mendukung Majelis Nasional, Presiden Sementara Guaido, dan rakyat Venezuela dalam upaya mereka untuk memulihkan demokrasi," tekannya.
Menanggapi pemberlakuan sanksi tersebut, Menteri Luar Negeri Venezuela, Jorge Arreaza dalam akun Twitter-nya menyebut sanksi tersebut adalah kesombongan yang berlebihan dan bukti bahwa Trump membenci rakyat Venezuela.
Sementara jurubicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi mengatakan, tindakan AS mengisyaratkan kegagalan kampanye 'tekanan maksimum' Washington. Ia juga mengatakan, Iran dan Venezuela akan tetap teguh melawan sanksi AS yang melawan hukum.
Selama ini, pemerintahan Trump berusaha untuk menggulingkan Maduro dan rezim Iran dengan memblokir perdagangan energi mereka.
Sebagai negara penghasil minyak, ekspor Venezuela anjlok akibat sanksi tersebut. Namun Maduro masih bertahan dengan berbagai dukungan, terutama dari Rusia, Kuba, China, dan Iran.
Meski Guaido gagal untuk menggulingkan Maduro, Trump mengaku masih mendukung dan memercayainya.
Pada awal pekan ini, kapal kargo berbendera Iran, Golsan, telah berlabuh di Venezuela dengan membawa bahan makanan. Sehari setelahnya, Selasa (23/6), kapal perang AS, USS Nitze, berlayar di dekat pantai Venezuela.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: