Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Miris, 30 Persen Lebih Pilot Di Pakistan Kantongi Lisensi Palsu

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Kamis, 25 Juni 2020, 18:09 WIB
Miris, 30 Persen Lebih Pilot Di Pakistan Kantongi Lisensi Palsu
Lokasi jatuhnya pesawat Pakistan International Airlines (PIA) bernomor penerbangan PK 8303 di Lahore, Mei lalu/BBC
rmol news logo Sektor penerbangan di Pakistan mencuri perhatian publik pekan ini. Pasalnya, Menteri Penerbangan Pakistan, Ghulam Sarwar Khan secara terbuka mengungkapkan bahwa lebih dari 30 persen pilot sipil di negara tersebut mengantongi lisensi palsu, alias tidak memenuhi syarat untuk terbang.

Berbicara kepada Majelis Nasional Pakistan pada Rabu (24/6), Khan mengatakan bahwa sebanyak 262 pilot di Pakistan tidak mengikuti ujian yang disyaratkan untuk bisa memiliki lisensi penerbangan. Sebagai gantinya, mereka membayar "joki" untuk mengikuti ujian tersebut hingga lulus.

"Mereka tidak memiliki pengalaman terbang," ungkap Khan, seperti dikabarkan CNN.

Untuk diketahui bahwa Pakistan memiliki 860 pilot aktif yang bekerja di sejumlah maskapai penerbangan domestik, termasuk Pakistan International Airlines (PIA), serta sejumlah maskapai penerbangan asing.

Menanggapi hal tersebut, jurubicara PIA Abdullah Khan tidak menutup mata soal adanya pilot dengan lisensi palsu.

"PIA mengakui bahwa lisensi palsu bukan hanya masalah PIA tetapi tersebar di seluruh industri penerbangan Pakistan," ujarnya, seraya menambahkan bahwa beberapa pilot dengan lisensi palsu juga terbang untuk maskapai asing.

Pernyataan Khan sendiri dibuat setelah penyelidikan dilakukan oleh otoritas setempat. Penyelidikan tersebut dibuat sebagai bagian dari laporan pendahuluan mengenai kecelakaan pesawat yang menewaskan 97 orang di kota Karachi selatan pada 22 Mei lalu.

Dalam kecelakaan tersebut, pesawat PIA bernomor penerbangan PK 8303 jatuh setelah lepas landas dari Lahore. Semua orang kecuali dua penumpang dan kru di atas pesawat, meninggal dunia.

Khan sendiri tidak menjelaskan apakah kedua pilot yang bertugas pada penerbangan nahas itu termasuk dalam pilot yang memegang lisensi palsu atau tidak.

Namun menurut laporan penyelidikan serupa, yang juga dipaparkan oleh Khan, pilot sedang mengobrol tentang virus corona dan berulang kali mengabaikan peringatan dari pengontrol lalu lintas udara sebelum pesawat jatuh di daerah perumahan di dekat bandara.

"Pilot sedang mendiskusikan corona selama penerbangan. Mereka tidak fokus. Mereka berbicara tentang virus corona dan bagaimana keluarga mereka terpengaruh," kata Khan.

Dia menambahkan bahwa pilot dalam penerbangan itu terlalu percaya diri. Karena mereka telah diberitahu tiga kali oleh pengawas lalu lintas udara bahwa pesawat itu terlalu tinggi dan mereka tidak boleh mencoba mendarat.

"Namun kapten (pilot) tidak memperhatikan instruksi ini," jelas Khan.

Akibatnya, pilot tetap melanjutkan dengan mencoba mendarat tanpa menurunkan roda pendaratan.

Hal tersebut menyebabkan pesawat menyentuh permukaan landasan pacu di bagian mesinnya, dan bukan roda. Mesin yang tergesek dengan landasan pacu menyebabkan percikan api dan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.

Pilot sempat menarik pesawat kembali ke udara, tetapi mesin sudah terlanjut rusak dan gagal melakukan penerbangan kembali yang berujung pada jatuhnya pesawat. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA