Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Trump Buka Suara Soal Imbalan Untuk Taliban, Tuding Rusia Jadi Dalang Berita Palsu New York Times

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Senin, 29 Juni 2020, 10:43 WIB
Trump Buka Suara Soal Imbalan Untuk Taliban, Tuding Rusia Jadi Dalang Berita Palsu New York Times
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump/Net
rmol news logo Presiden Donald Trump akhirnya buka suara soal isu yang membelit dirinya bahwa ia mengetahui jika Rusia menawarkan imbalan kepada Taliban untuk membunuh pasukan Amerika Serikat (AS) di Afganistan.

Melalui akun Twitter-nya pada Senin (29/6), Trump mengaku tidak mengetahui sama sekali laporan intelijen yang disebutkan oleh New York Times (NYT) dalam artikelnya yang diunggah pada Jumat (26/6).

"Intel baru saja melaporkan kepada saya bahwa mereka tidak menemukan info ini kredibel, karenanya (mereka) tidak melaporkannya kepada saya atau Wakil Presiden (Mike Pence)," ujar Trump.

"Mungkin (ini) tipuan lain yang dibuat Rusia, mungkin berita palsu New York Times ingin membuat Partai Republik terlihat buruk!!!" lanjut Trump yang tampak marah dan menuding Rusia.

Berdasarkan laporan NYT yang mengutip sumber anonim, beberapa bulan lalu, para pejabat intelijen AS menyimpulkan bahwa intelijen militer Rusia secara diam-diam menawarkan hadiah kepada para militan Taliban jika mereka berhasil membunuh pasukan AS di Afganistan.

Menurut NYT, Rusia menawarkan hadiah pada Taliban yang berhasil melakukan serangan pada tahun lalu, yang membuat AS mengadakan pembicaraan untuk mengakhiri perang dan menarik pasukannya.

Menanggapi hal tersebut, Gedung Putih berdalih, Trump dan Pence, tidak diberikan pengarahan oleh intelijen mengenai hal tersebut.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia menyanggah laporan tersebut yang menurut mereka adalah sebuah propaganda intelijen AS.

Seperti halnya Rusia, Taliban sendiri menyangkal bahwa pihaknya diberikan tawaran imbalan oleh badan intelijen Rusia.

Munculnya berita tersebut kemudian dimanfaatkan oleh rival Trump di pemilihan presiden November mendatang, Joe Biden.

Dalam pernyataannya, Biden mengklaim Trump telah gagal menjadi pemimpin AS karena membiarkan pasukannya terancam dan justru mendekatkan diri pada musuh, yang tidak lain adalah Rusia.

"Dia (Trump) tidak hanya gagal untuk memberikan sanksi dan memaksakan segala konsekuensi pada Rusia. Donald Trump telah melanjutkan kampanye penghinaan yang memalukan dan mempermalukan dirinya sendiri di hadapan (Presiden Rusia) Vladimir Putin," kritik Biden tajam.

Ia juga berjanji akan membalas Rusia jika laporan tersebut benar dan ia memenangkan pemilihan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.