Melalui unggahan di blognya pada Senin (29/6), Mahathir menjelaskan, usulan menjadikan Mukhriz sebagai Calon Wakil PM 2 bukanlah berasal darinya. Melainkan saran dari Presiden Amanah, Mohamad bin Sabu dan Sekretaris Jenderal DAP, Lim Guang Eng pada pertemuan 22 Juni.
Melansir
The Star, Mahathir mengaku sudah yakin bahwa keputusan tersebut akan dikritik.
"Saya dalam posisi yang saling bertentangan. Ketika saya menjadi perdana menteri untuk pertama kalinya, saya melarang putra saya berpartisipasi dalam politik, terutama sebagai anggota partai yang memerintah," ujar Mahathir
"Saya tidak ingin dituduh mempraktikkan nepotisme, memberikan hak keluarga saya," lanjutnya.
Namun, Mahathir menyadari bahwa saat ini ia bukan lagi seorang PM dan tanggung jawab menjaga namanya tidak lagi harus dipikul oleh anak-anaknya.
“Mereka bebas masuk politik. Apakah mereka berhasil atau tidak, tergantung pada diri mereka sendiri. Ketika nama Mukhriz diusulkan untuk posisi tertentu, saya tidak berhak menentang karena kepentingan pribadi saya," papar Mahathir.
Pada Sabtu (27/6), Mahathir mengumumkan dukungannya kepada Kepala Parti Warisan Negara, Mohd Shafie Apdal, sebagai Calon PM. Sementara itu, ia juga mendukung Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR), Anwar Ibrahim sebagai Calon Wakil PM 1 dan Mukhriz sebagai Calon PM 2.
Pencalonan tersebut dutujukan seandainya koalisi Pakatan Harapan Plus memenangkan pemilihan umum berikutnya.
Seperti yang sudah dibayangkan, keputusan tersebut disambut kritikan dari para politisi. Mereka mengatakan, tujuan akhir Mahathir adalah menjadikan putranya sebagai seorang PM.
“Apakah penjelasan saya diyakini atau tidak, itu tergantung pada masing-masing individu," ujar Mahathir menanggapi.
"Tentu saja mereka yang bermusuhan dengan saya akan bersikap sinis. Saya menerima ini karena ini adalah sifat manusia," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: