"Ada semacam dampak unik dari guncangan ini karena sangat regresif, memukul bagian upah rendah dari perekonomian. Pekerja bergaji rendah menerima pukulan lebih besar daripada pekerja bergaji lebih tinggi," kata Philipson dalam sebuah wawancara dengan
BBC yang dimuat pada awal pekan ini (Selasa, 30/6).
Dia menjelaskan, pandemi virus corona sukses menggagalkan setiap kemajuan yang dibuat oleh pemerintah Amerika Serikat dalam meningkatkan standar hidup kelompok berpenghasilan rendah.
"Kami telah sukses besar dalam menumbuhkan upah lebih rendah sebelum pandemi melanda, jadi ini telah mengambil korban yang sangat regresif pada ekonomi," sambungnya.
Kondisi ini berpotensi merembet ke ranah politik, terlebih jelang pemilihan umum presiden November mendatang. Betapa tidak, sang petahana, Presiden Donad Trump semula merupakan sosok yang menikmati dukungan yang tinggi dari kelompok pemilih berpendidikan non-perguruan tinggi. Kelompok ini kerap dikorelasikan dengan kelompok berpenghasilan rendah.
Philipson sendiri tidak menampik kenyataan bahwa pemulihan ekonomi yang cepat tidak bisa dilakukan di negeri Paman Sam.
"Saya tidak mengatakan kita akan memiliki pemulihan berbentuk v, pada kenyataannya data menunjukkan semacam respons bertahap," jelasnya.
Namun dia juga membela upaya pemerintah Amerika Serikat untuk bergerak maju di tengah pandemi virus corona.
"Kami adalah negara pertama yang memperkenalkan larangan bepergian dari China dan dikritik karena itu," sambungnya, membela kebijakan pemerintah Amerika Serikat di masa awal pandemi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: