Dalam pertemuan virtual Dewan Keamanan PBB pada Selasa (30/6), Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mendesak diperpanjangnya embargo senjata terhadap Iran sebelum berakhir pada Oktober.
"Jangan hanya mengambilnya dari Amerika Serikat, dengarkan negara-negara di kawasan ini. Dari Israel ke Teluk, negara-negara di Timur Tengah, yang terpapar oleh predasi Iran berbicara dengan satu suara: Perpanjang embargo senjata," ujar Pompeo seperti dikutip
Reuters.
Menanggapi pernyataan Pompeo, Dutabesar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia mengatakan, AS berusaha untuk melakukan kebijakan mencekik Iran secara maksimum.
"Fungsinya adalah untuk mencapai perubahan rezim atau menciptakan situasi di mana Iran benar-benar tidak akan bisa bernapas. Ini seperti meletakkan lutut ke leher seseorang," ujarnya.
Penyataan Nebenzia sendiri merujuk pada metode
chokehold atau kuncian leher yang membuat warga kulit hitam AS, George Floyd meninggal dunia di tengan seorang polisi kulit putih. Kematian Floyd sendiri memicu gelombang protes besar-besaran di AS dan berbagai penjuru dunia.
Mengenai perpanjangan embargo senjata Iran, AS sudah mengedarkan draft resolusi kepada 15 anggota DK PBB. Dalam draft tersebut, AS berusaha untuk memperpanjang embargo senjata Iran tanpa batas. Draft tersebut kemudian diveto oleh Rusia dan China.
Di bawah perjanjian nuklir JCPOA 2015 dengan Inggris, Jerman, Prancis, China, Rusia, dan AS, embargo senjata pada Iran akan berakhir pada Oktober 2020.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: