Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Korban Kekerasan Seksual Perang Kosovo Menyimpan Rapat Rahasia Mereka

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 01 Juli 2020, 15:17 WIB
Korban Kekerasan Seksual Perang Kosovo Menyimpan Rapat Rahasia Mereka
Lukisan dinding nasionalis Serbia di daerah, Kosovo/Net
rmol news logo Pemerintah Kosovo menawarkan pembayaran kesejahteraan kepada korban kekerasan seksual selama perang Kemerdekaan Kosovo 1998-1999. Namun, banyak dari mereka yang tidak berani mendaftarkan diri untuk menerima bantuan itu. Mereka khawatir akan stigma yang selama ini berkembang di tengah masyarakat.

Sebut saja namanya Besa, 55 tahun. Selama 21 tahun dia menyimpan rapat-rapat semua rahasia tentang masa lalunya. Anak-anaknya tidak tahu tentang itu, dan dia lebih suka tetap seperti itu.

Besa diperkosa selama perang di Kosovo pada 1999. Ketakutan akan stigmatisasi sosial telah mencegahnya untuk mengajukan status resmi sebagai korban kekerasan seksual pada masa perang, yang akan memberinya pembayaran tunjangan sebesar 230 euro per bulan.

“Aku takut seseorang akan mengetahuinya. Di daerah saya, semua orang mengenal saya,” katanya kepada kantor berita BIRN, berbicara lewat sebuah surat.  

“Aku takut dihina. Tidak ada yang mau menghabiskan waktu bersamaku lagi,” ungkapnya pilu.

Komisi Pengaduan dan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual telah  memverifikasi pengaduan dari para korban sejak Februari 2018, dkutip dari BIRN, Rabu (1/7).

Menurut data komisi itu, 1.239 orang telah mengajukan permohonan untuk program bantuan. Delapan ratus permohonan telah disetujui, 239 ditolak, dan sisanya masih dinilai.

Asosiasi Perempuan Medica Gjakova dari kota Gjakova / Djakovica adalah salah satu dari empat LSM Kosovo yang dilisensikan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Sosial untuk membantu orang-orang mengajukan aplikasi ke komisi.

Medica Gjakova telah menawarkan konseling psikososial kepada para penyintas perkosaan masa perang. Linda Sada, Ketua Asosiasi mengatakan kepada BIRN bahwa sekitar 4.500 wanita telah menggunakan layanannya, yang sebagian besar adalah korban kekerasan seksual.

Tidak ada data resmi tentang berapa banyak perempuan yang diperkosa selama konflik 1998-1999.

Masalah ini merupakan hal yang tabu dalam masyarakat Kosovo selama bertahun-tahun, terutama karena dianggap memalukan bagi para korban dan penghinaan bagi keluarga mereka.

“Karena tabu sosial yang kuat, korban perkosaan Albania Kosovo umumnya enggan berbicara tentang pengalaman mereka,” kata sebuah laporan oleh kelompok kampanye Human Rights Watch.

Aktivis hak-hak perempuan Nazlie Bala menerima ancaman pembunuhan setelah menyerukan agar korban perkosaan dimasukkan dalam undang-undang.

Pada bulan Maret 2013, sebuah surat anonim diselipkan di bawah pintunya yang berbunyi, "Jangan membela apa yang memalukan, karena Anda akan memiliki peluru menunggu Anda."

Beberapa hari kemudian, dia diserang dan dipukuli di depan apartemennya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA