Dalam sebuah pernyataan yang diposting di media sosial Facebook, Departemen Pemadam Kebakaran Myanmar mengatakan, tanah longsor itu terjadi pada Kamis pagi (30/6) di negara bagian Kachin, dekat perbatasan China setelah hujan lebat melanda wilayah itu.
“Sebanyak 113 mayat telah ditemukan sejauh ini,†kata Myanmar Fire Service dalam postingannya.
Seorang perwira polisi setempat mengatakan upaya pencarian dan penyelamatan telah ditangguhkan akibat hujan lebat.
“Penambang batu giok terjebak oleh gelombang lumpur," kata pernyataan sebelumnya dari Dinas Pemadam Kebakaran, seperti dikutip dari
Daily Sabah, Kamis (2/7).
Puluhan orang dilaporkan meninggal setiap tahunnya saat bekerja di industri batu giok yang hasilnya sangat menguntungkan tetapi tidak diregulasi dengan baik. Para pemilik tambang menggunakan pekerja migran bergaji rendah untuk mengikis permata yang sangat populer di Tiongkok itu.
Tanah longsor yang fatal biasa terjadi di daerah itu, dan para korban seringkali berasal dari komunitas etnis miskin yang mencari sisa-sisa yang ditinggalkan oleh perusahaan besar.
Watchdog Global Witness memperkirakan bahwa industri ini bernilai sekitar 31 miliar dolas AS pada 2014, meskipun sangat sedikit yang masuk ke kas negara.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: