Utusan AS tersebut langsung dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Stephen Beigun. Di mana mereka akan pergi ke Korea Selatan pada Selasa (7/7), melansir
Reuters.
Sebelumnya, Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in mengatakan, Presiden Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un harus bertemu sebelum pemilu AS digelar.
Merespons hal tersebut, Biegun mengatakan ada waktu bagi kedua belah pihak untuk bertemu dan membuat kemajuan kembali. Sayangnya, pandemik Covid-19 membuat pertemuan tingkat tinggi antara kepala negara sulit untuk dilakukan.
Seruan pertemuan tersebut terjadi setelah hubungan Korea Utara dan Korea Selatan memburuk secara tiba-tiba karena aksi para pembelot yang menyebarkan selebaran propaganda.
Marah dengan aksi tersebut, Korea Utara kemudian meledakkan kantor penghubung antar-Korea yang terletak di desa perbatasan, Kaesong.
Ketika itu, Korea Utara berkomitmen untuk tidak akan kembali pada perundingan denuklirisasi dengan AS hingga Washington mencabut sanksi terhadap Pyongyang.
Melihat perkembangan tersebut, seorang pengamat Korea Utara di sebuah lembaga think tank, 38 North, Jenny Town mengatakan sulit bagi AS untuk bisa mengembalikan Korea Selatan ke meja perundingan tanpa pencabutan sanksi.
"Sulit membayangkan sebuah skenario di mana Korea Utara akan dipaksa untuk kembali ke meja kecuali jika 'tawaran' AS secara drastis berbeda dari yang ada di masa lalu," ujar Town.
“Dan bahkan kemudian, seberapa kredibelkah hal itu akan bertahan dari perubahan potensial dalam administrasi di AS?" pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: