Kejadian bermula saat orang-orang berseragam dan bersenjata yang bepergian dengan truk pick-up tiba-tiba menyerang empat desa yang dihuni oleh kelompok etnis Dogon, kata seorang pejabat setempat yang tidak mau menyebutkan identitasnya dengan alasan keamanan.
“Dari jam 3 sore sampai jam 9 malam, tidak ada yang datang untuk menyelamatkan kami. Saya menyesalkan kelambanan tentara. Selalu terlambat dan tidak pernah menghadapi bandit bahkan jika kami memberi tahu mereka di mana mereka berada,†kata Youssouf Tiessogue, seorang sesepuh dari Gouari, yang desanya kut menjadi korban penyerangan.
“Serangan itu menewaskan sedikitnya 30 orang, termasuk wanita, anak-anak, dan orang tua sementara yang lainnya hilang,†kata pejabat setempat, seperti dikutip dari
AFP, Jumat (3/7).
Bentrokan antara komunitas etnis Fulani dan Dogon telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir di Mali tengah, namun belum jelas dari kelompok mana para penyerang kali ini berasal.
Perang Mali meletus pada 2012 ketika pemberontak Tuareg yang didukung oleh kelompok Islam bersenjata mengambil alih padang pasir di utara negara Afrika Barat itu. Pemberontak kemudian dikalahkan dapat oleh sekutu Islamis mereka. Pihak militer Prancis ikut turun tangan untuk memaksa mereka kembali.
Sejak saat itu konflik melanda pusat Mali dan meluas hingga ke negara tetangga, Burkina Faso dan Niger, dan telah memicu ketegangan etnis.
Lebih dari 5.000 tentara Prancis, pasukan militer negara yang tergabung dalam G5 Sahel dan misi penjaga perdamaian PBB di Mali belum cukup untuk meredakan kekerasan di negara itu.
PBB dalm laporannya pada bulan lalu mengatakan, Kerusuhan di Mali tengah telah menewaskan hampir 600 warga sipil sepanjang tahun ini.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: