Kejadian itu bermula saat orang-orang bersenjata bersepeda motor menembaki Hisham al-Hashimi, 47 tahun, di luar rumahnya di daerah Zeyouneh di Baghdad, kata seorang anggota keluarga yang tidak bersedia disebutkan namanya karena alasan keamanan. Anggota keluarga mengatakan mereka mendengar lima kali suara tembakan.
Sementara itu, seorang penyelidik mengatakan Al Hashimi (47) berjalan keluar dari rumahnya di Baghdad timur dan memasuki mobilnya ketika tiga pria bersenjata dengan dua sepeda motor menembaknya dari jarak beberapa meter.
Dia terluka dan merunduk di belakang mobilnya, tetapi orang-orang bersenjata itu kemudian mendekat dan menembaknya empat kali di kepala dari jarak dekat, kata penyelidik itu, dikutip dari
The National, Selasa (7/7).
Dilahirkan di Baghdad pada 1973, Hashimi adalah seorang analis keamanan yang sangat dihormati, ia juga sering menulis bahasan tentang ISIS dan Al Qaeda, termasuk menulis tiga buku, dan menasehati pemerintah saat ini dan sebelumnya tentang terorisme dan kelompok-kelompok ekstremis.
Dia sangat mendukung protes rakyat yang meletus di seluruh Baghdad dan selatan Irak yang mayoritas Syiah yang mengecam pemerintah sebagai korup, tidak efisien, dan terikat pada negara tetangga Iran, pada Oktober lalu.
Al Hashimi mempunyai hubungan kerja yang erat dengan Perdana Menteri Irak, Mustafa Al Kadhimi. Dirinya juga merupakan anggota Dewan Penasihat Irak, panel pakar terkemuka dan mantan pembuat kebijakan negara itu.
Atas kejadian tersebut PM Al Kadhimi bersumpah untuk meminta pertanggungjawaban pelaku.
“Kami bersumpah untuk mencari dan menghukum para pembunuh, kami tidak akan membiarkan pembunuhan kembali ke Irak,†katanya di Twitter.
Sementara itu, Presiden Irak, Barham Salih mendukung pernyataan sang perdana menteri.
“Paling tidak yang bisa kita lakukan (adalah) mengekspos para penjahat ini dan membawanya ke pengadilan untuk memastikan keamanan dan perdamaian berlaku untuk negara kita,†kata Salih di Twitter.
Al Hashimi cukup populer di Twitter dengan 147.000 pengikut. Kurang dari satu jam sebelum berita kematiannya muncul, Al Hashimi mengomentari peran platform media sosial tentang perpecahan yang terbentuk dalam politik Irak sejak Al Kadhimi menjabat pada Mei.
Banyak pengikutnya di Twitter menyatakan belasungkawa dan keterkejutan mereka, dan bereaksi terhadap pesan terakhirnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: