Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ekonomi Makin Hancur Dipukul Corona, Popularitas Erdogan Terperosok

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Selasa, 07 Juli 2020, 15:40 WIB
Ekonomi Makin Hancur Dipukul Corona, Popularitas Erdogan Terperosok
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan/Net
rmol news logo Penanganan pandemik Covid-19 dan dampaknya terlihat menjadi faktor penting bagi rakyat dalam menilai pemerintah saat ini. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil survei yang dilakukan sebuah lembaga independen di Turki terkait dukungan pada pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Dari hasil survei yang dilakukan oleh MetroPoll Arastirma, Partai Keadilan dan pembangunan (AKP) yang dipimpin oleh Erdogan tampak kehilangan banyak dukungan selama beberapa bulan terakhir.

Setiap bulannya, lembaga riset tersebut melakukan survei bertajuk "Jika ada pemilihan parlemen Minggu ini, partai politik mana yang akan Anda pilih?".

Melansir Al Arabiya pada Senin (6/7), pemilihan umum di Turki sendiri dijadwalkan pada 2023, untuk memilih presiden baru dan 600 anggota parlemen yang akan menjabat selama lima tahun.

Dari hasil survei, AKP terlihat kehilangan dukungan selama beberapa bulan terakhir. Meski survei paa Juni menunjukkan partai tersebut masih memiliki enam poin lebih besar dari oposisi utama, Partai Rakyat Republik (CHP).

Pada Januari hingga Maret, hasil survei menunjukkan, AKP memiliki dukungan yang relatif stabil, yaitu 33,7 persen. Namun dukungan turun pada Mei menjadi 30,7 persen dan Juni menjadi 30,3 persen.

Penurunan dukungan tersebut diperkirakan terjadi karena memburuknya ekonomi Turki selama dua tahun terakhir. Di mana Turki masuk ke dalam resesi pada Maret 2019.

Pada pertengahan 2019, tingkat pengangguran di Turki pun mencapai 15 persen. Itu membuat popularitas AKP menurun. Terlihat dari pemilihan walikota pada Maret 2019, di mana AKP kehilangan tiga kota terbesar, yaitu Istanbul, Ankara, dan Izmir.

Kondisi tersebut kemudian diperburuk dengan pandemik Covid-19. Bahkan jajak pendapat Reuters pada April memperkirakan ekonomi Turki pada 2020 akan berkontraksi untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.

Sebelumnya, pemerintah sendiri memperkirakan ekonomi Turki tumbuh sebesar 5 persen untuk 2020 setelah pulih dari resesi. Namun kenyataan lain, Turki justru terpaksa memangkas produksinya hingga pertengahan tahun.

"Keuangan Ankara lemah sebelum pandemik, tetapi kombinasi utang luar negeri, krisis kesehatan masyarakat, dan seorang presiden yang memilih melindungi reputasinya daripada rakyatnya dapat membuat bencana," demikian bunyi artikal Kebijakan Luar Negeri.

Meski menjadi negara ke-14 dengan jumlah infeksi Covid-19 tertinggi di dunia, Turki baru-baru ini menjadi sangat terlibat dalam perang yang berlangsung di Libya.

Tujuan Turki adalah mengamankan gas alam di Mediterania Timur. Sehingga Ankara mengirim pasukan dan bantuan militer untuk mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui secara internasional.

Dalam jajak pendapat terpisah yang dilakukan oleh suatu kelompok penelitian, sebanyak 42 persen responden memandang negatif peran aktif Turki dalam konflik Libya.

Popularitas AKP juga diperkirakan turun dengan tingkah Erdogan terhadap para pengkritiknya.

Pada Juni, media pemerintah mengumumkan keluarnya surat perintah penangkapan terhadap lebih dari 400 orang, termasuk tentara, dokter, dan guru yang diduga kerap mengkritik pemerintahan Erdohan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA