Dutabesar RI untuk PBB periode 2004 hingga 2007, Makarim Wibisono, mengatakan, jika tidak ada kerja sama internasional, maka vaksin akan menjadi bahan rebutan negara-negara dunia.
"Kalau begitu, negara-negara kaya akan memiliki akses yang lebih dari negara-negara miskin," terangnya dalam diskusi virtual "Covid-19 dan Dunia Penerbangan Indonesia" yang digelar oleh Pusat Studi Air Power Indonesia pada Rabu (8/7).
Jika hal tersebut terjadi, Makarim menjelaskan, fatalitas pandemik Covid-19 akan bergeser dari negara maju, seperti yang saat ini terjadi, ke negara berkembang dan miskin.
"Akan ada
gap korban (antara) negara maju dan negara berkembang," tekannya.
Untuk menangani hal tersebut, ia mengatakan, Indonesia harus melakukan diplomasi yang mengedepankan kebutuhan kesehatan masyarakat dan bukan berlandaskan finansial.
Namun di samping itu, Indonesia juga harus mendorong penelitian dan pengembangan vaksin secara lokal demi menghindari pertarungan dan perebutan.
"Kita harus mendorong
research and development, kita mendorong Biofarma membuat vaksin," lanjutnya memberi contoh.
"Jangan lagi bermental beli, impor, untuk saat ini. (Karena) pada prinsipnya, negara-negara kuat tidak akan peduli," tegasnya.
Dalam konstitusi negara maju, seperti AS, negara baru bisa mengekspor vaksin jika kebutuhan sebanyak minimal 80 persen secara nasional sudah terpenuhi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: