Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Di Tengah Pandemik, Orang-orang Kaya Di China Kebingungan Kemana Akan Membelanjakan Uangnya Untuk Barang Mewah

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 08 Juli 2020, 13:38 WIB
Di Tengah Pandemik, Orang-orang Kaya Di China Kebingungan Kemana Akan Membelanjakan Uangnya Untuk Barang Mewah
Orang-orang kaya di China miliki anggaran untuk berbelanja per tahunnya, di masa pandemik mereka kebingungan akan menghabiskan uangnya ke mana/Net
rmol news logo Di saat semua orang kesusahan di masa pandemik ini, bahkan hanya untuk sekedar sesuap nasi, orang-orang kaya di China malah kebingungan akan berbelanja barang mewah di mana lagi sebab butik-butik tidak lagi menyediakan barang keluaran terbaru.

Jeff Meng, seorang pecinta arloji berusia 25 tahun dari keluarga Guangdong yang kaya raya, dengan dana belanja yang sangat banyak setiap tahunnya. Dia tidak dapat menemukan arloji Rolex Daytona yang dia inginkan, di mana saja di penjuru China.

Pandemik virus corona menutup akses importir paralel, sehingga para pembeli kelas atas Tiongkok seperti Jeff Meng  ini kesulitan menghabiskan uangnya karena tidak ada yang bisa mereka belanjakan.

Di China, orang-orang kaya kelas atas seperti Meng terbiasa menghabiskan miliaran dolar AS per tahun untuk barang-barang mewah.

Rumah-rumah mewah Balenciaga ke Montblanc berusaha menjangkau konsumen China di daratan, meskipun ada kekhawatiran lama yang berkisar dari pemalsu hingga platform e-commerce yang kuat yang menetapkan aturan, dikutip dari TN, Rabu (8/7).

Penutupan penerbangan juga memicu munculnya pasar barang mewah bekas di China karena konsumen mencari gaya atau model tertentu yang tidak dapat mereka temukan di toko-toko lokal.

Sebelum pandemik, dua pertiga dari pembelian mewah China dilakukan di luar negeri, menurut konsultan Bain & Co. Pengeluaran tersebut terjadi baik pada liburan belanja atau melalui reseller yang disebut 'daigou'.

"Sekarang, perjalanan ditutup, entah sampai kapan. Penjual daigou kembali ke daratan atau terdampar di Eropa," kata Meng. "Pandemik membuatku sadar bahwa kamu tidak bisa dengan mudah mendapatkan apa yang kamu sukai di Tiongkok walau uangmu berlimpah."

Menyadari potensi konsumen China yang tidak bepergian ke luar negeri, rumah-rumah mewah telah meluncurkan rencana untuk memperluas perdagangannya.

Lebih dari setengah pembelian China untuk barang-barang mewah akan terjadi di dalam negeri pada tahun 2025, Bain & Co memperkirakan pada bulan Mei, dibandingkan dengan yang ketiga pada tahun 2019. Selain karena pandemik, hal itu antara lain karena munculnya rasisme yang membuat orang-orang China merasa kurang aman bepergian untuk berbelanja ke luar negeri.

"Orang China merasa tidak aman di negara asing, itulah sebabnya mereka membeli barang mewah luar negeri dari negaranya sendiri," kata Amrita Banta, direktur pelaksana pada konsultasi mewah Agility Research.

Hilangnya pengeluaran perjalanan orang-orang China menjadi pukulan terhadap pendapatan oleh perusahaan dari LVMH ke Moncler dalam beberapa bulan terakhir.

Merek-merek seperti Louis Vuitton, Givenchy dan Chloe mulai menggunakan streaming langsung untuk mendorong produk-produknya di China, gaya perdagangan sosial yang populer di mana influencer berbicara langsung kepada khalayak selama berjam-jam pada suatu waktu untuk mempromosikan barang mereka.

Di masa lalu, rumah-rumah mewah khawatir jatuhnya prestise merek bila berdagang melalui online. Namun, pandemik telah mengubah semuanya.

"Sebagian besar merek mewah terlalu bergantung pada pengalaman offline mereka dan mereka tidak memiliki kehadiran di luar kota-kota besar di mana tidak ada pusat perbelanjaan yang layak," kata Jason Yu, direktur pelaksana di Kantar Worldpanel Greater China.

Orang-orang kaya di China sangat membutuhkan barang-barang tertentu, dan mereka beralih ke platform mewah untuk membeli barang-barang tersebut, memicu lonjakan investasi di perusahaan baru tersebut.

Sepeti Meng yang akhirnya menemukan arloji Rolex imiannya di slaah satu  satu platform bernama Teknologi Ponhu (Beijing).

Beberapa konsumen China mengatakan bahwa pandemik ini secara tak terduga telah mengubah perspektif mereka: berbelanja di rumah bisa nyaman dan menyenangkan berbeda dengan liburan yang jarang terjadi. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA