Petugas berseragam itu diduga terlibat dalam aksi setelah terlihat memprovokasi dan menyerukan dukungan terhadap aksi yang diluncurkan di Senat Square pada 3 Juni lalu.
Para polisi itu bukannya membubarkan kerumunan tetapi malah berpihak pada para pendemo di tengah aturan pembatasan kesehatan Covid-19.
Pada 19 Mei, pemerintah daerah di Finlandia melarang pertemuan publik lebih dari 500 orang hingga 30 Juni, karena masalah keselamatan dan kebersihan.
Anggota Parlemen Ombudsman Petri Jääskeläinen mengatakan ada 16 pengaduan telah diajukan terhadap Departemen Kepolisian Helsinki. Tiga laporan anonim lain berisi tentang perilaku polisi yang tidak patut juga telah dibuat melalui saluran etika internal.
Sekitar 3.000 orang berkumpul di Helsinki pada 3 Juni, meneriakkan slogan-slogan seperti ‘Kulit hitam penting’ dan membawa tulisan besar-besar ‘Aku tidak bisa bernapas’.
Sebuah laporan awal mengindikasikan bahwa polisi Helsinki diberitahu dua hari sebelumnya bahwa demonstrasi akan berlangsung di Senat Square. Sebuah tweet dari Kepolisian Helsinki pada 3 Juni lalu membenarkan bahwa petugas hadir untuk memantau ketertiban umum dan keamanan, dikutip dari
Euronews, Rabu (8/7).
Pihak berwenang meminta penyelenggara untuk menghentikan demonstrasi itu sesegera mungkin karena telah melanggar pembatasan aturan kesehatan, tetapi para polisi di sana mengatakan bahwa jumlah peserta dalam aksi protes itu dalam batas yang diijinkan.
Perbedaan pendapat pun memunculkan kericuhan. Beberapa mengeluhkan aturan yang dibuat tidak seimbang dalam penerapannya.
Demonstrasi itu sendiri ilegal karena tidak memiliki ijin dan berisi provokasi dengan jumlah yang besar.
Kementerian Dalam Negeri Finlandia telah diminta untuk menyelidiki masalah ini, dan memiliki waktu hingga 30 Oktober untuk mengajukan pendapatnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: