Meluruskan respons tersebut ahli penyakit menular dan mikrobiologi klinis di Dicle University Turki, Recep Tekin, mengatakan, suhu yang lebih panas tidak akan membantu memperlambat penyebaran Covid-19.
"Jika Anda menjaga jarak sosial dan memakai masker, tingkat infeksi penyakit mungkin menurun, tetapi suhunya saja tidak bekerja," ujarnya kepada
Anadolu Agency, Jumat (10/7).
Sebagai contoh, Tekin mengatakan, suhu di Mediterania saat ini memanas, namun jumlah kasus baru di sana tetap meningkat.
"Jika suhu tinggi telah menghentikan virus sepenuhnya, kita seharusnya tidak melihat kasus (Covid-19) di Arab Saudi atau Afrika," jelasnya.
Tekin mengatakan, orang-orang tidak boleh mengandalkan perkiraan suhu yang lebih panas, alih-alih dengan mengenakan masker, menjaga jarak sosial, dan rajin mencuci tangan.
Berdasarkan laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada Kamis (9/7), temperatur global akan terus memanas selama lima tahun ke depan, bahkan untuk sementara waktu bisa naik hingga lebih dari 1,5 derajat Celcius.
Ahli iklim sekaligus mantan Menteri Lingkungan Chili, Marcelo Meena mengatakan, kenaikan suhu jangka pendek tersebut bisa memicu peristiwa cuaca ekstrem. Artinya bukan membantu menghilangkan Covid-19, melainkan menambah beban dunia yang sedang berjuang melawan pandemik.
Saat ini, virus corona baru atau SARS-CoV-2 dilaporkan sudah menginfeksi lebih dari 12,1 juta orang di dunia dengan lebih dari 551.000 di antaranya telah meninggal.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: