Deplu mengungkap, pihaknya sudah menyetujui paket untuk meningkatkan kemampuan rudal Patriot Taiwan senilai 620 juta dolar AS atau setara dengan Rp 90 triliun (Rp 14.470/dolar AS).
"Taiwan telah meminta membeli komponen untuk meningkatkan rudal Patriot guna mendukung kehidupan operasional selama 30 tahun," uajr Deplu seperti dikutip
Reuters pada Jumat (10/7).
Proyek tersebut nantinya akan dilakukan oleh Lockheed Martin sebagai kontraktor utama.
Kementerian Pertahanan Taiwan sendiri mengatakan pihaknya memperkirakan proyek tersebut akan mulai dilakukan pada bulan depan. Penjualan tersebut adalah yang ketujuh kalinya antara pemerintahan Trump dan Taiwan.
"Sepenuhnya menunjukkan pentingnya keamanan keamanan nasional kita, mengkonsolidasikan kemitraan keamanan kita dengan Amerika Serikat, dan bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan kawasan," ujar kementerian.
Dalam pernyataannya, Deplu menjelaskan, pembaruan rudal Patriot Taiwan ditujukan untuk melayani kepentingan nasional, ekonomi, dan keamanan AS.
“Penerima akan menggunakan kemampuan ini sebagai pencegah terhadap ancaman regional dan untuk memperkuat pertahanan tanah air. Penerima tidak akan kesulitan menyerap peralatan ini ke dalam angkatan bersenjatanya," lanjut Deplu.
Seperti banyak negara lain, AS tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, namun terikat oleh hukum untuk memberi sarana mempertahankan diri.
Sementara itu, China yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya selalu mengecam AS ketika melakukan penjualan senjata.
Taiwan sendiri merasa terancam dengan agresifitas China, sehingga berusaha untuk memperkuat pertahanannya.
Proyek pembaruan sistem pertahanan rudal Patriot ini diproyeksikan akan menambah kompleksitas hubungan di antara ketiganya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: