Kabar meninggalnya Philippe Monguillot (59) dikonfirmasi oleh anggota keluarganya dengan perasaan yang sangat terpukul.
"Kami mengikhlaskan dia pergi (meninggal)," ujar adik perempuan Monguillot dilansir dari
BBC, Sabtu (11/7).
Monguillot sempat menjalani perawatan intensif di rumah sakit Bayonne karena koma selama seminggu.
Penganiayaan itu terjadi minggu lalu. Ketika itu, Monguillot yang berprofesi sebagai sopir bus, menegur dua penumpang yang naik tanpa mengenakan masker. Di Prancis, memakai masker saat menggunakan transportasi publik diwajibkan guna mencegah penyebaran virus.
Teguran Monguillat membuat dua pria yang masih 20-an tahun itu emosi. Mereka tidak terima diperingatkan Monguillot. Keduanya yang tidak membawa tiket itu, menyeret Monguillot keluar dari bus dan melakukan kekerasan yang menyebabkan sang sopir mengalami cedera kepala serius.
Usai memukul dan menendang Monguillot, para pelaku berlari meninggalkan lokasi.
Monguillot dilarikan ke rumah sakit. Ia koma selama seminggu dan menggunakan alat penyokong kehidupan karena otaknya rusak serius.
Polisi telah menahan dua pemuda tersebut dan didakwakan percobaan pembunuhan serta melakukan tindak kekerasan. Selain itu, polisi juga mengamankan lima orang yang didakwa terlibat dalam upaya menyembunyikan pelaku.
Wali Kota Bayonne sangat prihatin dan mengutuk keras tindakan barbar para pelaku serta mendesak polisi memberikan hukuman berat.
Kejadian itu juga membuat marah para pengemudi lainya. Aksi solidaritas ditunjukkan para pengemudi transportasi umum di kota Bayonne. Ratusan sopir mogok kerja untuk melakukan aksi unjuk rasa di pusat kota menyusul insiden yang merenggut nyawa rekannya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: