Begitu yang disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Turki pada Selasa (14/7), sebagai tanggapan atas kritikan dunia internasional terhadap konversi Hagia Sophia.
Pernyataan kementerian tersebut muncul sehari setelah Dewan Urusan Luar Negeri Uni Eropa melakukan pertemuan di Brussels pada Senin (13/7). Pertemuan tersebut membahas persoalan mengenai Turki dan isu internasional lain, termasuk Covid-19.
Jurubicara Kementerian Luar Negeri Turki, Hami Aksoy menegaskan, status Hagia Sophia merupakan hak kedaulatan, urusan internal Turki dan tidak bisa diganggu.
Meski situs bersejarah tersebut sudah dialihkan menjadi masjid, ia mengatakan, siapapun bisa mengunjungi dan melestarikan warisan budaya Hagia Sophia.
"Hagia Sophia akan terus merangkul semua orang dengan status barunya, melestarikan warisan budaya bersama umat manusia," jelas Aksoy seperti dikutip
Anadolu Agency.
Selain persoalan mengenai Hagia Sophia, UE juga membahas mengenai sikap Turki terhadap Mediterania Timur dan Libya.
Menanggapi hal tersebut, Aksoy mengatakan, Turki siap membangun mekanisme kerja sama terkait pembagian sumber daya hidrokarbon di Siprus.
Ia juga menekankan, Turki telah secara konsisten mendukung dan berkontribusi pada semua upaya internasional untuk menghidupkan kembali proses politik yang dipimpin oleh rakyat Libya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: