Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Penelitian: 80 Tahun Lagi, Populasi Dunia Akan Capai 8,8 Miliar Orang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Rabu, 15 Juli 2020, 10:37 WIB
Penelitian: 80 Tahun Lagi, Populasi Dunia Akan Capai 8,8 Miliar Orang
Sebuah penelitian memproyeksikan, populasi dunia akan mencapai 8,8 miliar orang pada tahun 2100/Net
rmol news logo Sebuah penelitian menunjukkan, proyeksi populasi dunia akan mencapai puncak pada tahun 2064 dengan 9,7 miliar orang dan menurun pada tahun 2100 dengan 8,8 miliar orang.

Penelitian tersebut dilakukan oleh para ilmuan di Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) yang merupakan sekolah kedokteran dari Universitas Washington. Kemudian pada Rabu (15/7) penelitian tersebut dirilis di The Lancet, melansir Stuff.

Dari hasil penelitian, para ilmuan memproyeksikan, setelah terjadi puncak populasi, akan terjadi penurunan yang signifikan. Sehingga, pada 2100, populasi di bumi akan menjadi 8,8 miliar orang.

Pada akhir abad ini, sebanyak 183 dari 195 negara akan mengalami penurunan kesuburan karena meningkatnya akses kontrasepsi dan pendidikan yang lebih baik.

Lebih dari 20 negara, termasuk Jepang, Spanyol, Italia, Thailand, Portugal, Korea Selatan, dan Polandia akan mengalami penurunan populasi hingga setengahnya.

Populasi China yang saat ini sekitar 1,4 miliar orang akan menjadi 730 juta dalam waktu 80 tahun.

Sementara itu, kawasan Afrika Sub-Sahara akan mengalami peningkatkan sekitar tiga kali lipat menjadi 3 miliar orang. Untuk Nigeria diproyeksikan akan mencapai hampir 800 juta orang pada 2100, kedua terbanyak setelah India yang hanya 1,1 miliar.

"Prakiraan ini menunjukkan kabar baik bagi lingkungan, dengan lebih sedikit tekanan pada sistem produksi pangan dan emisi karbon yang lebih rendah, serta peluang ekonomi yang signifikan untuk bagian-bagian Afrika sub-Sahara," ujar Direktur IHME, Christopher Murray.

"Namun, sebagian besar negara di luar Afrika akan melihat menyusutnya tenaga kerja dan membalikkan piramida populasi, yang akan memiliki konsekuensi negatif yang mendalam bagi perekonomian," sambungnya.

Untuk negara-negara berpenghasilan tinggi dalam kategori ini, solusi terbaik untuk mempertahankan tingkat populasi dan pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan imigrasi yang fleksibel dan dukungan sosial untuk keluarga yang menginginkan anak.

"Namun, dalam menghadapi penurunan populasi ada bahaya yang sangat nyata bahwa beberapa negara mungkin mempertimbangkan kebijakan yang membatasi akses ke layanan kesehatan reproduksi, dengan konsekuensi yang berpotensi menghancurkan," sambung Murray memperingatkan.

Untuk menghadapi itu, layanan sosial dan sistem perawatan kesehatan perlu dirombak guna mengakomodasi populasi yang jauh lebih tua.

Ketika kesuburan turun dan harapan hidup meningkat di seluruh dunia, jumlah anak balita diperkirakan akan menurun lebih dari 40 persen, dari 681 juta pada 2017 menjadi 401 juta pada 2100.

Sementara itu, lebih dari seperempat populasi global atau 2,37 miliar orang akan diisi oleh lansia berusia lebih dari 65 tahun. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA