Diumumkan melalui siaran televisi pada Rabu (15/7), rencana pemberian hibah tersebut membuat pemerintah menggelontorkan dana sebesar 6 miliar shekel atau setara dengan Rp 25,5 triliun (Rp 4.200/shekel).
Netanyahu mengatakan, setiap individu nantinya akan mendapatkan 750 shekel atau Rp 3,2 juta, sementara keluarga dengan tiga anak atau lebih akan mendapatkan 3.000 shekel atau Rp 12,7 juta.
"Mengapa kita memberikan uang ini? Kita harus menggerakkan perekonomian. Uang ini akan meningkatkan pengeluaran konsumen dan pekerjaan," terang Netanyahu seperti dikutip
Reuters.
Ia menjelaskan, paket bantuan pemerintah tersebut sudah disetujui oleh pemerintahan persatuan, di mana Netanyahu berkoalisi dengan Benny Gantz dari Partai Biru dan Putih.
Selain itu, paket bantuan tersebut juga akan beriringan dengan stimulus pemerintah untuk UMKM yang akan diumumkan pada Kamis (16/7).
Beberapa pihak memperkirakan, paket bantuan tersebut diberikan karena adanya rencana kuncian tahap kedua. Di mana saat ini Israel sudah melaporkan lebih dari seribu kasus baru setiap harinya.
Dengan situasi pandemik Covid-19 yang belum membaik, masa jabatan kelima Netanyahu juga ditantang dengan krisis ekonomi.
Saat ini, rekor pengangguran di Israel mencapai rekor 21 persen. Ribuan warga Israel pada akhir pekan lalu turun ke jalan, menuntut diberikannya bantuan ekonomi dari pemerintah.
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga independen, Institut Demokrasi Israel pada Selasa (14/7) menemukan hanya 29,5 persen penduduk Israel yang memiliki kepercayaan pada Netanyahu untuk menanganai krisis.
Dengan populasinya yang saat ini mencapai sembilan juta, Israel sudah memiliki 44.188 kasus Covid-19 dengan 375 kematian.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: