Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Apa Yang Inggris Dapatkan Setelah Bertekuk Lutut Kepada AS Dengan Menendang Huawei?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 16 Juli 2020, 10:41 WIB
Apa Yang Inggris Dapatkan Setelah Bertekuk Lutut Kepada AS Dengan Menendang Huawei?
Huawei/Net
rmol news logo Tak lama setelah Inggris mengumumkan akan menghapus raksasa telekomunikasi China dari jaringan 5G di negara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo langsung menerbitkan pernyataan dukungan yang mengungkapkan bagaimana Amerika Serikat menyambut gembira keputusan tersebut.

Ia men-tweet dukungannya dengan menyebut bahwa langkah Inggris melindungi 'nilai-nilai dunia bebas' sudah sangat tepat.

Sebenarnya siapa yang paling menginginkan untuk menendang Huawei?

Jawabannya terlihat pada Selasa (14/7) lalu, ketika Presiden AS Donald Trump berbicara kepada wartawan di Washington.

"Kami meyakinkan banyak negara bahwa menggunakan Huawei memiliki banyak resiko. Saya melakukan ini sendiri sebagian besar karena alasan bahwa menggunakan Huawei adalah risiko keamanan yang tidak aman," kata Trump, sambil mengingatkan bahwa siapa pun mengguna Huawei tidak bisa melakukan kerja sama bisnis dengan AS.

Sebuah artikel di Global Times menyebut ini seperti sebuah lelucon. AS telah mengancam semua negara pengguna Huawei dengan alasan 'nilai-nilai dunia bebas', sementara dia sendiri yang telah menekan 'nilai-nilai dunia bebas itu.

Trump yang mengakui jika ia secara pribadi telah meyakinkan pemerintah Inggris agar melarang peralatan jaringan teknologi raksasa 5G China, menunjukkan bahwa larangan itu sebenarnya bermotivasi politik dan tidak ada hubungannya dengan keamanan, apalagi nilai dunia bebas.

Ancaman AS untuk menghapus Huawei dari jaringan 5G Inggris dikaitkan dengan nilai-nilai dunia bebas? Apakah Washington melindungi nilai-nilai dunia bebas ketika memaksa sekutunya?  

Inggris khawatir akan tekanan dari AS sehingga akhirnya mengeluarkan pernyataan menghapus Huawei.

Padahal sebelumnya, Dewan Distrik South Cambridgeshire menyetujui pusat penelitian dan pengembangan yang akan menggunakan jaringan 5G dan Huawei. Bahkan disebut-sebut proyek itu menelan biaya senilai 494,24 juta dolar AS, dan akan dibangun di Desa Sawston, Cambridgeshire, Inggris, sekitar  11 kilometer dari Cambridge. Pada saat itu juga Inggris berusaha meyakinkan sekutu-sekutunya bahwa Huawei hanya akan terlibat dalam pembangunan jaringan non vital.

Sebagai negara dengan kekuatan intelijen paling kuat di Barat setelah Amerika Serikat, Inggris diawasi oleh para sekutunya dalam membuat keputusan tentang Huawei. Amerika Serikat telah mendorong PM Johnson membalikkan keputusan yang dibuat pada Januari untuk memberi Huawei peran terbatas dalam pengelolaan jaringan 5G

Pada bulan Januari, Senator AS Tom Cotton memperkenalkan undang-undang yang menyarankan AS berhenti berbagi intelijen dengan negara-negara yang memungkinkan Huawei untuk mengoperasikan jaringan 5G mereka.

Pada bulan Februari, duta besar AS untuk Jerman Richard Grenell, men-tweet:

"@realDonaldTrump baru saja menelepon saya dari AF1 dan menginstruksikan saya untuk menjelaskan bahwa setiap negara yang memilih untuk menggunakan vendor 5G, tidak dapat dipercaya. Karena akan membahayakan kemampuan kita untuk berbagi informasi dan intelijen di tingkat tertinggi."

Menghapus Huawei sebenarnya adalah tentang melindungi kepentingan AS sendiri. Negara itu mempertahankan posisi terdepan dalam persaingan teknologi tinggi dengan China. "Sayangnya, dalam pertandingan antara China dan AS ini, Inggris berubah menjadi bidak oleh Paman Sam tentang masalah yang melibatkan jaringan 5G Inggris, yang seharusnya menjadi urusan dalam negeri Inggris," tulis artikel itu.

Lalu, siapa yang akan membayar biaya penghapusan Huawei dari jaringan telekomunikasi Inggris yang sudah hampir berjalan itu? Lalu, apakah sudah ada pengganti Huawei? Tidak ada jaminan yang bisa  diberikan oleh AS.

Seorang pejabat AS memperingatkan bahwa Inggris pertama-tama harus mengambil sikap lebih keras terhadap Huawei. Setiap kali Washington mengangkat topik tentang Huawei, ia menumpahkan tekanan pada sekutunya dengan peringatan dan konsekuensi. "Seharusnya berhenti berpura-pura berdiri di atas landasan moral untuk berbicara tentang melindungi dunia bebas, tulis artikel itu pada Kamis (15/7)

Inggris pun bertekuk lutut di hadapan AS.

Lalu, apa yang akan Inggris dapatkan setelah bertekuk lutut pada AS? Mungkin tidak lebih hanya sekadar pujian saja. Negosiasi Inggris-AS mengenai perjanjian perdagangan bebas mereka dipenuhi dengan banyak kendala, dan pemerintahan AS saat ini tampaknya tidak mau berbagi kepentingannya dengan orang lain.

"Dunia bebas" yang disebutkan oleh Pompeo hanya retorika belaka untuk  negara-negara di bawah paksaan AS.

Pada akhirnya, London akan menyadari bahwa versi 'nilai dunia bebas' yang digaungkan AS harus ia bayar mahal. Mengorbankan apa yang sudah mereka kerahkan hanya karena takut pada AS. rmol news logo article 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA