Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kampanye Kunlun 2020, Kepolisian China Perang Berantas Barang Palsu Total 242 Juta Dolar Dari 240 Gudang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 18 Juli 2020, 12:34 WIB
Kampanye Kunlun 2020, Kepolisian China Perang Berantas Barang Palsu Total 242 Juta Dolar Dari 240 Gudang
Ilustrasi/Net
rmol news logo Pihak kepolisian Shanghai terus melakukan upaya perburuan terhadap para pembuat dan pengedar barang-barang tiruan.

Sepanjang tahun ini pihak kepolisian Shanghai telah menyita produk-produk imitasi senilai lebih dari 1,7 miliar yuan atau setara dengan 242 juta dolar. Mereka juga telah berhasil menghancurkan sekitar 240 gudang yang memproduksi, menyimpan, atau menjual barang-barang palsu.

Selama kampanye khusus ‘Kunlun 2020’, yang berfokus untuk menindak pelanggaran kekayaan intelektual (IP), polisi di Shanghai mengatakan mereka telah menyelesaikan lebih dari 230 kasus terkait, dan melindungi hak dan kepentingan sah lebih dari 60 merek, seperti dikutip dari GT, Sabtu (18/7).

Baru-baru ini Polisi Shanghai telah menangkap dan menuntut sembilan tersangka, yang bertanggung jawab atas pembuatan tas palsu dan menjualnya melalui toko online. Para tersangka membuat dan menjual tas palsu dari merek-merek terkenal seperti Victoria's Secret dan Chanel senilai lebih dari 50 juta yuan.

Kasus ini menarik perhatian netizen China, banyak pengguna media sosial Weibo yang memuji upaya pemerintah China dalam menindak produk palsu dan melindungi hak-hak kekayaan intelektual.

"Senang melihat 'perang' pemerintah terhadap barang palsu. Crackdowns (pada produk palsu) melindungi hak-hak merek dan konsumen,” tulis seorang pengguna.

Beberapa netizen lain menyatakan keprihatinannya tentang sulitnya melakukan ‘perang’ terhadap barang-barang palsu, karena  ada terlalu banyak barang imitasi yang dijual terutama pada platform e-commerce.

“Ada begitu banyak barang palsu di situs belanja sehingga saya tidak berani membeli apa pun. Bahkan tidak ada lipstik,” tulis netizen.

“Jumlah produk palsu yang dijual di situs e-commerce mungkin telah meningkat di tengah pandemik Covid-19 meskipun tidak ada data pasti yang membuktikan telah terjadi,” kata Zhao Zhanling, seorang analis senior di Pusat Studi Hak Kekayaan Intelektual di Universitas Ilmu Politik dan Hukum China.

Zhao mengatakan peluang  itu menjadi semakin besar karena banyak orang yang beralih dari toko fisik ke  toko online akibat pandemik.

“Dibandingkan dengan toko fisik yang menjual produk palsu, toko online lebih tersembunyi, membuat mereka lebih sulit untuk dilacak dan ditemukan oleh petugas penegak hukum. Beberapa penjual daring juga mencampur barang asli dengan bajakan, membuatnya lebih sulit untuk menyelidiki dan mengumpulkan bukti,” kata Zhao.

“China telah mengintensifkan perang melawan pelanggar kekayaan intelektual di tingkat peradilan dan penegakan hukum. Ini menunjukkan tekad pemerintah dalam melindungi hak-hak IP dan meningkatkan lingkungan bisnis," tambahnya.

Dalam sebuah laporan yang ditulis  Harian Changjiang menunjukkan, pihak berwenang di seluruh China tahun ini telah meluncurkan kampanye terhadap produk palsu dan bermutu jelek. Di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok Tengah, pengawas pasar meluncurkan kampanye untuk menyelidiki dan menghukum operator e-commerce yang melanggar hak kekayaan intelektual. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA