Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Serbia-Kosovo Kembali Berdialog, Presiden Vucic Siap Bantu Temukan Orang-orang Albania Yang Hilang Karena Kejahatan Perang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 18 Juli 2020, 16:17 WIB
Serbia-Kosovo Kembali Berdialog, Presiden Vucic Siap Bantu  Temukan Orang-orang Albania Yang Hilang Karena Kejahatan Perang
Delegasi Serbia di Brussels bersama perwakilan khusus Uni Eropa Miroslav Lajcak (kiri), delegasi Kosovo (kanan) dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borell, lanjutkan dialog Serbia-Kosovo/Net
rmol news logo Dialog tatap muka antara Serbia dan Kosovo akhirnya bisa terjalin secara aktif dan massif setelah 20 bulan lamanya selalu saja terpenggal akibat adanya perselisihan antara dua negara itu.

Dengan semangat dan rasa senang Presiden Aleksandar Vucic menyampaikan akan melakukan upaya kerja sama yang diawali dengan penyelesaikan konflik, di antaranya menemukan korban hilang pada masa perang kemerdekaan Kosovo 1998-1999.

Setelah bertemu dengan Perdana Menteri Kosovo Avdullah Hoti di Brussels, Vucic mengutarakan kesiapan Beograd dalam pencarian tersebut. Diduga makam-makam orang hilang itu tersembunyi di Kosovo.

Bantuan itu akan diupayakan Beogard, asalkan Pristina juga membalas dengan membantu menemukan orang Serbia yang hilang.

"Kami mengatakan bahwa Serbia tidak akan pernah melindungi siapa pun yang bertanggung jawab atas kejahatan perang. Keluarga sangat kehilangan orang yang mereka cintai, paling tidak kita bisa menemukan di mana mereka dikuburkan, ini penting sekali," ujar Vucic, dikutip dari BIRN, Sabtu (18/7).

“Kami juga mengatakan bahwa kami siap untuk menanggapi setiap permintaan dari Albania. Di mana pun mereka pikir mereka dapat menunjukkan pada peta tempat di mana diperkirakan ada kuburan dari bangsa Albania, maka kami siap bersama dengan mereka melakukan penyelidikan dan melihat apakah ada sesuatu di tempat itu atau tidak," kata Vucic.

"Tetapi kami meminta hak yang sama untuk kami, karena sejauh ini kami belum memiliki akses ke Lapusnik, Dojnice, Djakovica, yaitu Danau Radonjic, Kosare, Istok dan lokasi lain di Kosovo," tambahnya.

Pembicaraan tentang masalah orang hilang yang melibatkan para ahli dari Serbia dan Kosovo akan berlanjut pada Rabu depan. Masih ada lebih dari 1.640 orang hilang akibat dari perang Kosovo, seperti yang dilaporkan Misi Uni Eropa di Kosovo, EULEX. Organisasi ini mewakili keluarga korban perang Serbia Kosovo. Mereka juga mengatakan jumlah itu termasuk sekitar 500 orang Serbia.

Vucic juga mengatakan bahwa setelah pertemuan pada Kamis, bahwa "Albania menuntut agar semua arsip militer dan polisi dibuka, dan kami mengatakan... tidak ada masalah. Tetapi Anda harus membuka arsip yang disebut KLA [Tentara Pembebasan Kosovo]," tegas Vucic.

Selain membahas soal orang hilang, pertemuan juga membahas masalah ekonomi seperti kompensasi untuk kerusakan yang disebabkan selama perang kemerdekaan Kosovo 1998-99. Serta menjawab pertanyaan tentang kepemilikan apa yang menjadi milik negara di Yugoslavia.

“Atas permintaan kami, dua topik pertemuan pertama adalah orang hilang dan masalah ekonomi. Bagi kami, masalah ekonomi juga mencakup kompensasi untuk kerusakan perang, suksesi [kepemilikan bekas properti Yugoslavia], utang negara, pensiun, tabungan di bank, hilangnya upah pekerja yang diberhentikan, kerusakan pada properti pribadi, dan masalah lain yang akan berlanjut untuk dibahas dalam pertemuan berikutnya,” kata Hoti, yang juga menuliskan keterangannya itu pada akun Facebook.

Perselisihan Kosovo dan Serbia dimulai saat Kosovo mengenakan tarif 100 persen pada impor dari Serbia sebagai balasan atas kampanye negara itu mencegah Kosovo bergabung dengan organisasi internasional. Serbia juga mengajak negara-negara lain untuk membalikkan keputusan mereka untuk mengakui kemerdekaan Kosovo. Servia masih mengklaim Kosovo adalah bagian dari negara itu, sementara Kosovo telah memproklamirkan kemerdekaannya.

Semula, Vucic dijadwalkan berdialog dengan Presiden Kosovo, Hashim Thaci, dan bertemu di Gedung Putih di Washington bulan lalu. Namun, karena Thaci terjegal kasus kejahatan perang dan harus memenuhi panggilan di Den Haag, maka pertemuan ditunda dan digantikan dengan Hoti. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA