Kecaman tersebut diberikan setelah Presiden Mesir, Abdel Fattal al-Sisi bertemu dengan anggota LNA untuk mendesak Kairo campur tangan dalam perang pada Kamis (16/7).
Pertemuan tersebut ditujukan untuk membahas kemajuan militer Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang didukung Turki dalam beberapa pekan terakhir.
Dalam pertemuan tersebut, al-Sisi mengatakan Kairo tidak akan diam menghadapi ancaman langsung terhadap keamanan Mesir dan Libya.
Ditanya tentang kemungkinan intervensi Mesir, Erdogan mengatakan Turki akan mempertahankan dukungannya untuk GNA.
"Langkah-langkah yang diambil oleh Mesir di sini, terutama berpihak pada Haftar, menunjukkan mereka dalam proses ilegal," katanya, seperti dikutip
Al Jazeera.
Dia juga menggambarkan pendekatan UEA adalah "pembajakan".
Bulan lalu pun, al-Sisi mengatakan tentara Mesir mungkin memasuki Libya jika pemerintah Tripoli dan sekutunya Turki memperbarui serangan terhadap garis depan pusat Sirte-Jufrah, yang dipandang sebagai pintu gerbang ke terminal ekspor minyak utama Libya, yang sekarang dipegang oleh sekutu Haftar.
Perang saudara di Libya tersebut berawal ketika pemimpin diktator mereka, Kolonel Muammar Qaddafi digulingkan oleh rakyat yang didukung NATO pada 2011.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: