Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Beijing Rilis Transkip Percakapan Wang Yi Dengan Lavrov, Ketahuan China Tuduh AS Hidupkan Praktik McCarthyism

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 20 Juli 2020, 12:55 WIB
Beijing Rilis Transkip Percakapan Wang Yi Dengan Lavrov, Ketahuan China Tuduh AS Hidupkan Praktik McCarthyism
ILustrasi, bendera China/Net
rmol news logo Bukan kebiasaan Beijing merilis percakapan telepon pejabat tinggi negara apalagi yang isinya berupa kritikan keras. Namun, kali ini Kementerian Luar Negeri China merilis transkip pernyataan Wang Yi tentang Amerika Serikat kepada Menteri Luar Negeri Rusia.

Dalam rilis itu, Wang Yi mengatakan bahwa AS menerapkan mentalitas Perang Dingin dan menghidupkan kembali McCarthyism, sebuah referensi untuk perang salib anti-komunis, yang dipimpin oleh senator AS dari Wisconsin Joseph McCarthy, yang melanda Amerika pada 1950-an.

"AS telah mengambil kembali langkah McCarthyisme yang terkenal kejam dan mentalitas Perang Dingin yang sudah ketinggalan zaman dan dengan sengaja membangkitkan oposisi ideologis, yang melanggar batasan dan norma-norma dasar hukum internasional dan hubungan internasional," kata Wang Yi dalam percakapan teleponnya kepada Menlu Rusia Sergei Lavrov.

Percakapan telepon itu berlangsung pada akhir pekan dua hari lalu, dan kemudian dirilis oleh Kementerian, seperti dikutip dari SCMP.

Wang Yi menegaskan China tidak akan pernah membiarkan sekelompok kecil pasukan anti-China memimpin, dan akan mempertahankan kepentingan serta martabat negara.

Wang bahkan mengatakan bahwa AS telah gagal dalam tugasnya sebagai negara adidaya dengan melalaikan tanggung jawabnya dan mencoba mendiskreditkan negara lain. AS telah mengambil langkah-langkah ekstrem dan bahkan menciptakan hotspot dan konfrontasi.

"Amerika Serikat telah kehilangan akal, moral dan kredibilitasnya, menyusul ketegangan AS dan China dalam krisis global seperti Covid-19 dan keamanan regional Laut Cina Selatan. AS telah dengan blak-blakan mengejar kebijakan 'America First', mendorong egoisme, unilateralisme, dan intimidasi hingga batasnya, dan bukan itu kekuatan besar seharusnya," kata Wang Yi.

Hubungan antara China dan AS terus memburuk, dengan kedua pihak berhadapan pada berbagai masalah, mulai dari keputusan Beijing memberlakukan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong, saling tuduh asal-usul pandemi Covid-19, hingga ke perselisihan militer dan perselisihan wilayah di Laut China Selatan, serta provokasi AS dalam hubungan bisnis negara-negara lain kepada China.

Usai soal AS, percakapan beralih kepada hubungan China dengan Rusia. Wang mengatakan Beijing ingin meningkatkan koordinasi strategisnya dengan Moskow, menggambarkan hubungan mereka sebagai prioritas.

Menurut Wang, kedua negara harus menjaga momentum komunikasi di setiap tingkat, memperdalam kerja sama anti-pandemik dan memperkuat koordinasi strategis pada urusan internasional dan regional utama.

"Juga harus bekerja sama dengan negara-negara lain untuk menentang tindakan yang menghancurkan tatanan internasional dan melawan tren sejarah untuk menjaga perdamaian dunia," kata Wang.

Pernyataan Wang seolah menekankan lagi komitmen Xi Jinping dan Vladimir Putin pada pekan lalu, ketika mereka berjanji dalam percakapan telepon untuk memperkuat kemitraan strategis. Panggilan telepon itu datang setelah Putin mendapatkan amandemen konstitusi yang dapat membuatnya tetap berkuasa hingga setidaknya 2036.

Senada dengan China, Sergei Lavrov menanggapi komentar Wang dengan mengatakan Rusia juga menentang unilateralisme, dan bahwa AS telah 'membongkar kedoknya' dan telah mengancam banyak negara dengan sanksinya.

AS secara eksplisit menolak klaim Beijing atas Laut China Selatan yang kaya sumber daya alam, dan telah meningkatkan aktivitas militernya di kawasan itu, termasuk berlayarnya dua kelompok serangan kapal induk melalui perairan yang disengketakan.

Menlu AS Mike Pompeo juga menolak klaim China atas sumber daya alam lepas pantai di Laut Cina Selatan yang disengketakan dengan negara Asia Tenggara.

Mike Pompeo juga berjanji Amerika Serikat akan membantu negara-negara Asia Tenggara yang wilayahnya di Laut China Selatan diklaim oleh China. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA