Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Menhan Turki: Tujuan Kami Adalah Agar Libya Hidup Dalam Kedamaian Dan Ketenangan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 21 Juli 2020, 08:17 WIB
Menhan Turki: Tujuan Kami Adalah Agar Libya Hidup Dalam Kedamaian Dan Ketenangan
Mendagri Libya, Menhan Turki, dan Mendagri Malta usai pertemuan Trilateral/Net
rmol news logo Pertemuan trilateral antara Turki, Malta dan Libya yang digelar di Gedung Pertahanan Nasional di Ankara telah membuahkan hasil berupa upaya ketiga negara untuk terus memastikan perdamaian dan stabilitas di wilayah Mediterania. Ketiga negara bertekad perdamaian di wilayah itu akan menjadi contoh bagi seluruh dunia.

Pernyataan itu datang dari Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar usai pertemuan tiga pihak di ibu kota Turki, Ankara, dengan Menteri Dalam Negeri Libya Fathi Bashaga dan Byron Camilleri, enteri dalam negeri keamanan Malta yang berlangsung pada Senin (20/7).

"Kami membahas perkembangan regional dan masalah bilateral, dan semua pihak memiliki pertukaran pandangan yang tulus", kata Akar, seperti dikutip dari AA, Senin (20/7).

"Kami mengadakan pertemuan yang sangat positif, produktif dan konstruktif," kata Akar, termasuk isu-isu seperti perang melawan perdagangan manusia, migrasi tidak teratur, keamanan regional, dan perdamaian," tambahnya.

Akar melanjutkan dengan mengatakan bahwa kolaborasi negara-negara tersebut akan secara signifikan mempromosikan stabilitas regional, membantu mempraktekkan langkah-langkah yang akan datang lebih efektif, dan mengarah pada perolehan penting bagi kedua negara dan kawasan.

"Saya melihat bahwa kami sepakat untuk melanjutkan koordinasi antara negara-negara kami dalam beberapa hari mendatang demi perdamaian dan ketenangan regional," ungkapnya.

Menhan Turki itu menyatakan bahwa tanggung jawab Turki di arena internasional telah berangsur-angsur tumbuh. Ia juga mengatakan kontribusi Turki terhadap stabilitas dan keamanan sudah mulai berbuah.

Aktivitas Turki di Libya dilakukan sebagai bagian dari perjanjian November lalu dengan pemerintah Libya yang diakui PBB yang berbasis di ibu kota Tripoli, yang juga dikenal sebagai Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA).

"Pelatihan militer, kerja sama, dan kegiatan konsultasi kami terus [di Libya]," katanya, seraya menambahkan bahwa pendekatan Turki terhadap negara yang dilanda perang itu didasarkan pada prinsip "Libya adalah milik Libya."

"Saya ingin semua orang tahu bahwa kami selalu mendukung saudara-saudara kami di Libya. Tujuan kami adalah agar Libya hidup dalam kedamaian, ketenangan. Kami tahu bahwa halangan terbesar untuk tujuan ini adalah kudeta [Khalifa] Haftar," ungkapnya seraya mendesak penghentian segera semua bantuan dan dukungan bagi panglima perang Haftar.

Dalam kesempatan itu, Akar juga berterimakasih kepada Malta untuk pendekatan tekad dan konstruktif mereka dalam membantu menemukan solusi politik untuk kesengsaraan Libya.

Pada bagiannya, Mendagri Libya Fathi Bashagha mengatakan pertemuan itu telah meningkatkan kerja sama antara Turki, Malta, dan Libya.

Dalam kesempatan itu dia mengatakan kampanye militer Haftar telah mengganggu keamanan regional dan bahwa negara-negara yang mendukungnya ikut bertanggung jawab atas kehancuran yang dia lakukan. Bashaga juga mendesak negara-negara yang terlibat dalam konflik Libya untuk meninjau posisi mereka dan berhenti mendukung Haftar.

Sementara itu, Mendagri Malta Byron Camilleri mengatakan, solusi damai untuk krisis Libya dapat dicapai dengan menghilangkan lingkungan rawan konflik yang sedang berlangsung di Libya, dan masyarakat internasional juga berbagi beberapa tanggung jawab untuk ini, katanya.

Libya telah dilanda perang saudara sejak penggulingan Muammar Gaddafi pada 2011.

Pemerintah barunya, yang dipimpin oleh perdana menteri Fayez al-Sarraj, didirikan pada 2015 di bawah perjanjian yang dipimpin oleh PBB.

Upaya untuk penyelesaian politik jangka panjang, sejauh ini telah gagal akibat serangan militer panglima perang Khalifa Haftar yang hingga kini terus berlangsung.

Turki mendukung pemerintah sah negara itu, sementara Haftar memiliki dukungan dari Rusia, Mesir, UEA, dan Prancis. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA